SANGAT PENTING: Larang perdagangan bebas dengan minyak sawit!

Bendera Swiss - hutan terbakar © Montage: Flickr/ Wakx & doraemon - CC BY-NC-SA 2.0
288.927 Pendukung

Swiss berunding dengan Indonesia dan Malaysia tentang perjanjian perdagangan bebas. Kedua negara Asia Tenggara ini adalah negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia – dan juga penebang hutan alam terbesar. Tanggal 25 September 2018 MPR Swiss akan memutuskan perihal perdagangan bebas dengan minyak sawit.

seruan

Kepada: MPR dan DPR Swiss

“Larang perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Swiss dan Malaysia-Swiss. Swiss tidak perlu minyak sawit dan kayu tropis dari hutan hujan yang ditebang.”

Membaca surat

Industri minyak sawit dan pelanggannya ingin membanjiri pasar Swiss dengan minyak sawit murah – dengan mengorbankan hutan hujan Asia Tenggara. Perusahaan Nestle asal Swiss tiap tahun membutuhkan 445.000 ton minyak sawit untuk produksinya seperti KitKat, Maggi, Wagner und Yes.

Indonesia dan Malaysia sejauh ini merupakan produsen utama minyak sawit. 90% produksi minyak sawit dunia berasal dari dua negara – keseluruhan 55 juta ton per tahun. Kini wilayah minyak sawit di Indonesia dan Malaysia seluas lima kali lebih besar dari luas negara Swiss. Data Sawit Watch menyebutkan, sampai 2017, kebun sawit di Indonesia saja sudah mencapai 22 juta hektar – hampir dua kali lipat dari luasnya pulau Jawa.

Untuk mendapatkan tempat bagi perkebunan sawit yang baru terus menerus, hutan hujan ditebang dan penduduknya digusur. Tiap tahun ribuan hektar hutan hujan di Indonesia dibakar. Penduduk tercekik oleh asap tebal yang menutupi seluruh wilayah.

LSM Swiss Alliancesud, Bruno Manser Fonds, PublicEye dan serikat petani Uniterre mengecam perdagangan bebas minyak sawit. Politisi Swiss juga sadar akan masalah itu: dalam negosiasi minyak sawit adalah tema runding yang paling sensitif, jawab MPR atas pertanyaan anggota DPR Swiss.

DPR Swiss telah menyetujui dilarangnya minyak sawit di perjanjian perdagangan bebas, namun komisi kebijakan luar negeri MPR disana menolaknya. Tanggal 25 September MPR Swiss akan memberikan keputusan. Perjuangan menentang perdagangan bebas minyak sawit nampaknya akan menuju ronde terakhir dan yang menentukan.

Tolak perdagangan bebas dengan minyak sawit, penebangan hutan hujan dan perampasan tanah demi perkebunan sawit.

Latar belakang

Informasi berikutnya:

- PublicEye, 29.8.2018, Perdagangan bebas dengan Malaysia dan Indonesia: Dosier baru tentang minyak sawit:      https://www.publiceye.ch/de/news/freihandel_mit_malaysia_und_indonesien_neues_dossier_begruendet_forderung_nach_ausschluss_von_palmoel/

- Alliancesud, 27.8.2018, Larang perdagangan bebas untuk minyak sawit! http://www.alliancesud.ch/de/politik/handel-und-investitionen/freihandelspolitik/kein-freihandel-fuer-palmoel

- Bruno Manser Fonds, 5.9.2018, Kompromis sesat di MPR Swiss: Koalisi sawit bereaksi dengan petisi: http://www.bmf.ch/de/news/fauler-kompromiss-der-staenderatskommission-palmoel-koalition-reagiert-mit-petition

- DPR Swiss, pernyataan tanggal 3.9.2018: https://www.parlament.ch/press-releases/Pages/2018/mm-apk-s-2018-09-03.aspx

- DPR Swiss, berita tanggal 28.02.2018:  https://www.parlament.ch/de/services/news/Seiten/2018/20180228174712079194158159041_bsd192.aspx

- Liputan ZDF, dengan tafsiran dari „Selamatkan Hutan Hujan“: Überall ist Palmöl (Dimana-mana sawit)

Perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia

Kini kebun sawit di Indonesia meluas hingga 14 juta hektar dan di Malaysia 5 juta hektar, menurut data resmi. Hingga tahun 2025 menurut Kementrian Pertanian Indonesia luasnya akan berlipat menjadi 26 juta hektar. Menurut data LSM Sawit Watch, Indonesia sebenarnya sudah punya 22 juta hektar perkebunan sawit (2017). 55 juta ton minyak sawit dihasilkan oleh kedua negara itu tiap tahunnya. Nilai ekspor minyak sawit Indonesia berkisar 16 milyar Euro, Malaysia sekitar 13 milyar Euro.

Import minyak sawit Swiss

Antara tahun 1998 dan 2008 import telah berlipat tiga kali dan kini mencapai lebih dari 60.000 ton, demikian keterangan asosiasi produsen sereal Swiss. Konsumsi minyak sawit di beberapa perusahaan Swiss malah jauh lebih tinggi. Perusahaan Nestle saja di seluruh dunia membutuhkan 445.000 ton minyak sawit tiap tahunnya.

Label minyak sawit RSPO adalah label tipuan

Label minyak sawit Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dikembangkan oleh para perusahaan seperti rantai supermarket Swiss Migros, perusahaan Unilever dan LSM lingkungan Swiss WWF. Sejak diberlakukannya label RSPO di tahun 2008 pembukaan hutan bagi perkebunan sawit dan sengketa tanah malah semakin parah.

Hanya hutan yang dinilai punya (misalnya) biodiversitas tinggilah (High Conservation Values Area – HCVA) akan dilindungi. Hutan yang dianggap punya biodiversitas rendah boleh dibuka dan diubah menjadi perkebunan sawit monokultur. Hutan yang mana yang berharga untuk dilindungi, hal ini dalam rangka sertifikasi diputuskan oleh perusahaan konsultan yang dibayar oleh perusahaan minyak sawit. 256 LSM lingkungan dan HAM diseluruh dunia menolak RSPO karena label tipuannya dan greenwashing.

Unilever dengan konsumsi tahunannya 1,5 juta ton merupakan konsumen minyak sawit terbesar di dunia. WWF mendapatkan dana selain dari sumbangan pribadi juga dari mitra perusahaan WWF. LSM ini telah berhasil menciptakan sejumlah label industri, diantaranya Meja Bundar untuk Kedelai (Roundtable for Responsible Soy), Initiative untuk Katun (Better Cotton Initiative), penangkapan ikan (Marine Stewardship Council) dan aquakultur (Aquaculture Stewardship Council). Label tersebut menawarkan perusahaan perisai pelindung, dengannya perusahaan bisa mengubah citra buruknya jadi kelihatan hijau dan bisa menyangkal kritik dari LSM lingkungan.

Surat

Kepada: MPR dan DPR Swiss

Yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak Politisi,

Tolong hentikan perundingan perjanjian perdagangan bebas minyak sawit dengan Indonesia dan Malaysia.

Petunjuk yang diberikan Anda pada tanggal 28 Agustus 2015 kepada Parlamen Swiss seperti pelaksanan rencana aksi perekonomian hijau, kesepakatan target sukarela dan meningkatnya permintaan minyak sawit yang ditanam sesuai dengan kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), tidak akan bisa menghindari dan mengatasi masalah yang serius ini.

Label minyak sawit RSPO adalah label penipuan. Sejak diluncurkannya label ini di tahun 2004 masalah yang ditimbulkan oleh industri minyak sawit menjadi lebih tajam dan pembukaan hutan semakin terus meningkat.

Larang perundingan perdagangan bebas minyak sawit di Indonesia dan Malaysia

Dengan hormat

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!