Penghargaan Nobel Alternatif untuk Mother Nature Cambodia

Sebuah kelompok anak muda sedang duduk dan berdiri di depan pohon di pantai Kampanye bagi pulau Koh Kong: Tim anak muda dari Mother Nature Cambodia ingin menyelamatkan pulau tersebut dari eksploitasi liar (© Mother Nature Cambodia) Sekelompok anak muda berpakaian putih berjalan dengan bunga di tangan melewati jalan di Phnom Penh Dengan penampilan dan simbol yang mengesankan, kelompok ini memberikan peringatan atas perusakan alam dan penyebabnya…, (© Mother Nature Cambodia) Sebuah kelompok mahasiswa berjalan dengan megafon dan spanduk melewati sebuah jalan …dan dengan lantang menuntut pemerintah untuk memperhatikan HAM, demokrasi dan perlindungan lingkungan. (© Mother Nature Cambodia) Para pencinta lingkungan berdiskusi dengan polisi yang memuat sepeda mereka ke dalam truk. Seorang petugas polisi memotret kejadian Para aktivis selalu dicegah dan diancam jika mereka menggunakan haknya. Di sini polisi menyita sepeda setelah demonstrasi damai untuk perlindungan pulau Koh Kong (© Mother Nature Cambodia) Biksu di Kamboja di lembah Arena sedang menandai pohon-pohon besar Biksu di Kamboja di lembah Areng sedang menandai dan memberkati pohon-pohon besar untuk melindunginya dari penebang pohon (© Mother Nature Cambodia)

17 Nov 2023

Mereka pergi ke jalan untuk perlindungan alam dan HAM. Sejak 10 tahun mereka selalu memberitahukan tentang kejahatan lingkungan. Kini para aktivis anak muda Mother Nature Cambodia memperoleh salah satu penghargaan internasional paling berarti. Kami ucapkan selamat kepada mitra kami di Kamboja!

„Mother Nature Cambodia adalah sekelompok aktivis muda yang tak kenal takut berjuang bagi hak lingkungan dan demokrasi meski berhadapan dengan penindasan oleh rezim Kamboja“, ujar Ole von Uexküll, direktur Right Livelihood Foundation.

Yayasan ini sejak lebih dari 40 tahun memberikan Penghargaan Nobel Alternativ pada mereka yang gigih berusaha memecahkan masalah-masalah global. Contohnya Munir Said Thalib (1965-2004), salah satu penerima penghargaan Right Livelihood Award dari Indonesia (2000) atas "keberaniannya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kontrol sipil terhadap militer Indonesia".

„Lewat aksi protesnya yang inovatif dan bersahaja, mereka mempertahankan kelestarian alam dan sumber kehidupan, sekaligus mendukung suara masyarakat yang menentang proyek-proyek yang korup dan merusak. Meski ada penangkapan, intimidasi dan pengawasan, mereka tetap berjuang tanpa lelah demi hak-hak alam dan masyarakat Kamboja“, ujar Uexküll berikutnya.

Penghargaan ini tidak saja ditujukan bagi Mother Nature Cambodia, tapi juga bagi seluruh rakyat Kamboja yang mendukung dan memotivasi kerja kami.

Sun Ratha, ketua bidang keuangan Mother Nature Cambodia

Mother Nature Cambodia - sejak awal mitra Selamatkan Hutan Hujan

Akhir 2012 sekelompok anak muda berkumpul untuk memprotes dampak buruk dari penebangan hutan, pertambangan emas ilegal dan pencurian lahan di Kamboja. Kampanye pertama yang resmi dari para mahasiswa dan pemuda lainnya adalah menentang pembangunan bendungan di bukit Areng. Untuk proyek ini 10.000 hektar hutan di pegunungan Kardamom di bukit Areng akan digenangi air, padahal di sana hidup sedikitnya 31 jenis hewan yang terancam punah. Sementara 1600 penduduk mengalami penggusuran dimana mayoritas dari mereka termasuk ke dalam komunitas masyarakat adat Chong. 

Dengan video dan aksi yang menarik media seperti „pemberkatan pohon“, Mother Nature Cambodia telah berhasil menarik perhatian dunia internasional atas perencanaan bendungan ini. Juga Selamatkan Hutan Hujan telah membantu kampanye ini dengan petisi dan donasi. Pemerintah akhirnya terpaksa untuk menghentikan proyek besar tersebut. Sejak itu bukit Areng telah berkembang menjadi sebuah tujuan ekowisata yang terkenal bagi turis lokal dan international.

 

Kampanye yang berhasil menentang pencurian pasir

Di provinsi Koh Kong di bagian barat daya Kamboja, hutan bakau yang luas semakin dirusak oleh pertambangan pasir. Perahu-perahu besar mengeruk pasir laut dan sungai untuk diekspor ke Singapur dan India. Pertambangan tersebut telah memusnahkan habitat ikan, moluska dan kepiting serta mengancam kelangsungan hidup komunitas nelayan di Koh Kong yang sebelumnya sudah terancam.

Mother Nature Cambodia telah memberi tahu dan membantu masyarakat setempat untuk memperkuat perlawanan menentang pemerasan. Contohnya mereka mempublikasikan video spektakuler juga untuk menarik perhatian publik yang luas: Dalam satu video nampak aktivis muda yang dikubur di pasir hingga leher. Video ini ditonton lebih dari 4,5 juta kali dan 150.000 kali disebar. 

Pemerintah dengan keras menanggapi kampanye menentang pertambangan pasir ini: Mother Nature Cambodia dan juga anggota komunitas Koh Kong diawasi dan diancam polisi. Pada Agustus 2015 tiga aktivis dipenjara dan pada Juli 2016 dilepas. Salah satu pendiri Mother Nature Cambodia, Alejandro Gonzalez-Davidson, dideportasi.

Meski tekanan semakin besar, kampanye tersebut berjalan terus dan telah memaksa pemerintah pada akhir tahun 2016 untuk melarang pengerukan pasir laut di Koh Kong.

Kampanye melindungi pulau Koh Kong

„Lindungi pulau Koh Kong“ - itulah kampanye lokal dan internasional Mother Nature Cambodia terbaru. Organisasi lingkungan ini dengan demonstrasi, kegiatan informasi dan video berusaha menarik perhatian publik akan ancaman perusakan pulau terbesar di Kamboja demi proyek pariwisata yang mewah. Organisasi ini mendesak pemerintah untuk menjadikan pulau Koh Kong sebagai taman nasional agar pulau itu sepenuhnya terlindungi. 

Ekowisata di pulau ini juga harus dibantu, agar masyarakat Kamboja dan pengunjung lainnya selamanya bisa menikmati keindahan alam di negaranya. Dan juga agar pulau itu tetap terjaga sebagai sumber kehidupan masyarakat setempat.

Selamatkan Hutan Hujan juga membantu kampanye ini. Petisi kami telah ditanda tangani lebih dari 133.000 orang dari 176 negara. Petisi ini dalam aksi bersama dengan Mother Nature Cambodia telah diserahkan kepada pemerintah Kamboja dan kedutaan besarnya di Jerman.

 

Ancaman dan penangkapan meningkat

Karena kampanyenya yang sangat berpengaruh yang menentang pengabaian alam dan HAM oleh pemerintah Kamboja, para aktivis Mother Nature Cambodia selalu diintimidasi, ditangkap dan diawasi. Beberapa anggotanya harus ditahan selama lebih dari satu tahun. Pertengahan November 2021 dengan persyaratan yang ketat, enam aktivis yang di penjara akhirnya dibebaskan. Dalam tahun yang sama Mother Nature Cambodia telah mendapatkan penghargaan HAM,  Frontline Defenders Award. 

Namun gugatan atas „konspirasi dan penghinaan Raja“ tetap berlaku. Mereka diancam hingga sepuluh tahun penjara.

Pada hari pemberitahuan Penghargaan Nobel Alternativ, Phuon Keoraksmey, ketua kampanye Mother Nature Cambodia, berkata bahwa ia sudah mengenal bahaya yang bisa menimpanya jika ia menggabungkan diri dengan organisasi lingkungan ini. Tapi desakan untuk menjaga kelestarian alam di Kamboja membuat ketakutan untuk dipenjara sirna. Mahasiswi berusia 22 tahun itu akhirnya dipenjara selama 14 bulan.

„Tapi apa yang saya perbuat itu bukan saja untuk saya, tapi juga untuk mempertahankan kelestarian alam di Kamboja“, demikian Phuon. Bagaimana saya bisa menerangkan putri saya, jika ia tahu bahwa generasi kita sama sekali tidak berbuat untuk merubah keadaan? Kami sudah dipenjara sebab kami berusaha melindungi lingkungan hidup, juga sebab kami tidak ingin jika anak-anak kami ditangkap untuk itu atau ditangkap karena membela HAM.“

Gerakan bagi HAM dan demokrasi

Perlindungan alam akan berhasil, jika korupsi diberantas. Tentang ini organisasi Mother Nature Cambodia sepaham. Dan hal tersebut mensyaratkan demokrasi dan mematuhi HAM. Sebab oleh karena kurangnya demokrasi di Kamboja, pemerintah dan perusahaan-perusahaan berpengaruh bisa bekerja dengan rahasia dan merealisasikan proyek-proyek yang korup dan merusak. 

Oleh karena itu Mother Nature Cambodia tidak saja memberikan pelatihan lingkungan hidup, tapi juga menerangkan tentang keterlibatan warga sipil dan HAM. Kenyataannya bahwa organisasi ini lebih dari 10 tahun terus melanjutkan kerjanya meski ada represi, menunjukkan bagaimana kuatnya pergerakan dan kegigihan anak-anak muda di organisasi ini yang berjuang untuk masa depan Kamboja yang lebih baik dan demokratis.

Diktatur ingin agar kami membuat jarak dengan politik, membuat jarak dengan   demokrasi dan tidak berbicara yang menentang pemerintah. Penghargaan ini satu bukti bahwa kita berhak berkampanye, kita berhak melindungi negara kita dan kewajiban kita untuk menjalankannya.“

Ly Chandaravuth, aktivis

Harapan melalui pergantian pemerintah di Kamboja?

Setelah 38 tahun berkuasa, Perdana Menteri Hun Sen pada Agustus 2023 menyerahkan kuasanya kepada anaknya, jendral Hun Manet. Namun pergantian tampuk kuasa ini, menurut Ly Chandaravuth dan Phuon Keoraksmey kemungkinan besar hanya akan membawa sedikit perubahan bagi Mother Nature Cambodia, demikian Alejandro Gonzalez-Davidson, salah satu pendiri organisasi. Tapi ia juga berpesan untuk tetap optimis:

„Pendapat saya, kita harus berusaha tetap berfikir positif dan memberikan mereka peluang, meskipun kita tahu penebangan hutan meningkat, pertambangan pasir di sepanjang sungai Mekong untuk diekspor dimulai kembali “, ujar Gonzalez-Davidson. „Mungkin generasi baru ini pada saat mereka menempati posisi penting yang sesungguhnya, akan memutuskan untuk lebih membiarkan hutan dan alam seperti apa adanya, dari pada merusaknya? Waktu akan membuktikannya.“

Penghargaan Nobel Alternatif

Right Livelihood Award dibentuk tahun 1980 oleh Jacob von Uexküll, seorang penerbit dan aktivis lingkungan berdarah Swedia-Jerman. Penghargaan ini merupakan simbol dari tekat „untuk menjadikan bumi lebih baik“. Penghargaan tahunan ini diserahkan oleh yayasan Right Livelihood Award Foundation dan dibiayai dari donasi.

Hingga kini 194 pihak dari 76 negara telah mendapatkan penghargaan ini. Mother Nature Cambodia adalah pihak pertama dari Kamboja.

Penerima penghargaan Right Livelihood Award 2000 dari Indonesia: Munir Said Thalib (1965–2004) atas "keberaniannya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kontrol sipil terhadap militer Indonesia".

Penerima penghargaan 2023 lainnya:

  • SOS MEDITERRANEE
  • Phyllis Omido dari Kenia
  • Eunice Brookman-Amissah dari Ghana

Link:

rightlivelihood.org/
rightlivelihood.org/de/2023-announcement/l2/
news.mongabay.com/2023/09/mother-nature-cambodias-relentless-activism-earns-right-livelihood-award/

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!