Sekolah Kaki Gunung - Pendidikan memperkuat masa depan
Di Bogor anak muda masyarakat adat dari berbagai wilayah hutan hujan di Indonesia belajar di Sekolah Kaki Gunung Forest Watch Indonesia bagaimana memperjuangkan dan mempertahankan hak dan tempat tinggalnya.
Suku Dayak Tomun dari Kalimantan mengutus Selin Kobi, dari Ekosistem Leuser Sumatera hadir Rahmi dan Vikram. Tiga pemuda pelindung hutan bersiap berangkat menuju kaki gunung Gede dan Pangrango, tepatnya ke kota Bogor. Di sana mereka mengikuti progam pelatihan selama tiga bulan. Bersama 20 pemuda lainnya dari seluruh Indonesia, mereka mempelajari ekologi hutan hujan dan hak-hak lingkungan, seluk beluk kebijaksanaan lingkungan hidup dan hak-hak masyarakat adat. Pada saat penelitian di lokasi, mereka juga berhadapan langsung dengan masalah-masalah penduduk yang lahannya dirampas korporasi. Dari situ mereka menganalisa apa yang sudah mereka pelajari dan alami dan kemudian mengembangkan strategi. Tujuan utama pelatihan ini adalah memperkuat penduduk di wilayah hutan agar mereka mengerti lebih baik lagi hubungan antara lingkungan dan masyarakat. „Hanya dengan kebersamaan kita dapat membuat lingkungan hidup lebih baik lagi. Pelatihan itu merupakan tempat strategis untuk membangun jaringan dan melibatkan diri bersama bagi perlindungan lingkungan“, ujar Vikram.
Pelatihan yang bernama „Sekolah Kaki Gunung“ ini diorganisir oleh mitra kerja kami yaitu Forest Watch Indonesia. Aktivis dan pakar mendampingi peserta, anak muda masyarakat adat dan pelindung hutan dari wilayah-wilayah hutan hujan di Indonesia. Selamatkan Hutan Hujan mendukung program ini terutama untuk anak-anak muda dari mitra kerja kami di Indonesia.
Sekolah Kaki Gunung (SKG) 2025
Sekolah Kaki Gunung (SKG) adalah sebuah program pendidikan alternatif yang dirancang untuk membekali generasi muda diseluruh nusantara dengan pemahaman kritis tentang isu sosial, lingkungan, dan agraria di Indonesia. SKG diinisiasi oleh empat organisasi: Forest Watch Indonesia (FWI), Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), RMI–The Indonesian Institute for Forest and Environment, dan Sajogyo Institute. Namun belakangan, ada tambahan 3 organisasi yang ikut bahu-membahu melaksanakan SKG yaitu, WGII, HuMA dan IFM-Fund. Peserta umumnya adalah mahasiswa atau perwakilan kelompok masyarakat berusia 20–30 tahun. Seleksi dilakukan melalui esai dan rekomendasi organisasi, dengan fokus pada orisinalitas, relevansi tema maupun urgensi ancaman kerusakan lingkungan dari daerah asal peserta.
Program ini biasanya berlangsung selama sekitar tiga bulan dan terdiri dari pembekalan materi, riset lapangan dan pengelolaan hasil riset. Pada Pembekalan materi, peserta dikenalkan dengan materi-materi seperti Politik pengetahuan, ekonomi-ekologi politik, sejarah dan struktur agraria, gender dan pengelolaan SDA, teknik pemetaan, investigasi kejahatan lingkungan, dan kampanye advokasi. Kemudian dilanjutkan dengan Riset lapangan, dimana peserta diajak untuk mengkaji langsung isu-isu di masyarakat. Setelah itu, peserta diajarkan mengelola hasil riset untuk dapat melakukan analisis dan penyusunan strategi advokasi berbasis data dan pengalaman lapangan. Dalam pelaksanaan program, peserta akan dikumpulkan dan di latih di Bogor dan akan kembali ke daerah masing-masing setelah program selesai. Meskipun, organisasi penyelenggara tidak menutup kemungkinan jika ada peserta yang masih ingin belajar lebih dalam terkait suatu materi lewat program magang di masing-masing organisasi.
Tujuan utama SKG adalah membentuk penggerak lokal yang mampu membaca fenomena sosial-ekologis secara mendalam dan bertindak untuk keadilan sosial dan lingkungan, mendorong pemikiran kritis dan transdisipliner, memperkuat jaringan antar organisasi dan komunitas, serta menumbuhkan pemimpin muda yang berpihak pada keadilan sosial dan ekologis.
Alam tak boleh jadi komoditas
Memberi alam lebel harga - Begitulah keinginan pemerintahan dan PBB menghentikan kepunahan masal flora dan fauna. Sertifikat biodiversitas adalah solusi palsu
Hutan hujan
Samudra hijau dengan pakis, lumut, liana, anggrek dan pohon rimba. Katak panah beracun, burung cendrawasih, bunga rafflesia, beruang sloth, dan Coati serta jutaan spesies serangga. „Paru-paru hijau“ dunia adalah pesona luar biasa. Ketahui lebih lanjut tenttang ekosistim hayati yang teranekaragam di dunia kita ini, kesinambungan hidup bersama antara hewan dan tumbuhan serta bahaya penebangan hutan.