Singapura: dibangun atas bencana dan kehancuran

Pengerukan pasir. Alat penggali diatas gunung pasir Pengerukkan pasir di Indonesia (© Rod Harbinson/spritiforest.org)
93.728 Pendukung

Kilauan bangunan pencakar langit, taman baru di laut – Singapura tumbuh, sementara di negara tetangganya pantai, hutan bakau dan pulau yang lenyap. Untuk reklamasi lahan negara kota ini mengimpor pasir paling banyak. Kejadian di Kamboja, Indonesia dan Myanmar sangat parah. Singapura harus menghentikan impornya.

seruan

Kepada: Kepada Perdana Mentri Lee Hsien Loong

“Singapura tumbuh dengan pasir impor. Dampaknya: kerusakan alam dan penderitaan manusia. Negara kota yang kaya ini harus menghentikan impor pasir.”

Membaca surat

Tanggal 11 April 2015 nelayan dari pulau Koh Kapi berlayar menangkap kapal: Mereka menambatkan perahunya pada kapal keruk dan tongkang pasir serta melumpuhkan armada kapal. Aksi di pantai barat daya Kamboja ini adalah cara mempertahankan diri yang terakhir: "Perusahaan kapal-kapal itu tidak memiliki ijin, dan adalah salah satu perusahaan yang sejak sepuluh tahun terakhir mengeruk dasar laut“, ujar nelayan Hum Saroeun. „Jika kapal mengeruk pasir, maka hutan bakau kehilangan tempatnya, ikan dan kepiting akan kehilangan habitatnya – serta manusia sumber makanannya.“

Pasir dari luar membuat Singapura subur dan kuat. 796.000 ton pasir tiap bulannya diambil dari pantai di provinsi Koh Kong, menurut Global Witness 2009. Setelah penduduk protes, Perdana Mentri Kamboja mengeluarkan larangan ekspor. Malaysia dan Indonesia di tahun 1997 dan 2007 telah menghentikan ekspor pasir. Di Indonesia telah tenggelam 25 pulau akibat pengerukkan pasir.

Rakusnya Singapura akan bahan baku semakin tinggi, dan reklamasi lahan serta membangun rumah menyebabkan praktek penyelundupan dan korupsi berjamur. Dalam waktu 40 tahun negara terkaya di Asia Tenggara ini telah memperluas wilayahnya sebesar 130 km²; sekitar 20% dari luas asal negara tersebut. Hingga tahun 2030 akan diperluas lagi sebesar 70 km². Tidak ada negara lain di dunia yang mengimpor pasir lebih banyak – dari mana? Itu rahasia negara.

Namun Singapura tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan di negara pengekspor – walaupun negara ini membanggakan dirinya sebagai pemimpin perlindungan lingkungan hidup: Bukan Singapura yang mengimpor pasir, tapi perusahaan swasta. Untuk pengawasan hukum di negara lain, Singapura tidak punya kepentingan.

Belakangan ini Myanmar juga mengekspor jutaan ton pasir ke Singapura. Tolong tuntut pemerintah Singapura menghentikan impor pasir.

Latar belakang

Pasir – lebih jarang dari apa yang orang kira

Dengan laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang berjudul diatas ini, para ahli ingin menarik perhatian akan cadangan pasir dunia yang lenyap secara dramatis (http://www.unep.org/pdf/UNEP_GEAS_March_2014.pdf). Belum pernah ada pengerukan pasir dan kerikil di seluruh dunia sebesar ini, demikian para ahli. Pasir bukanlah sumber daya alam yang terbaharukan. Pasir jauh lebih banyak dikeruk daripada yang dibentuk alam.

Di seluruh dunia tiap tahunnya digunakan lebih dari 40 juta miliar ton pasir, demikian tafsiran konservatif UNEP. Jumlah ini sama dengan dua kali lipat sedimen yang dialirkan sungai-sungai di seluruh dunia.

Meskipun situasinya gawati dan kerugiannya besar bagi lingkungan hidup dan masyarakat, masalah ini tidak digubris oleh kebanyakan politisi.

Dimana pasir dibutuhkan?

Pasir adalah bahan baku mentah yang paling dibutuhkan setelah air. Pasir digunakan bagi produksi kaca, elektronik, kertas, kosmetik. Tapi pasir paling banyak digunakan dibidang bangunan: beton bertulang yang 2/3-nya terdiri dari pasir. Menurut UNEP produksi beton di seluruh dunia tahun 2012 menghabiskan antara 25,9 dan 29,6 miliar ton pasir. Dengan beton ini orang bisa membangun tembok di sepanjang garis katulistiwa setinggi 27 meter dan lebar 27 meter.

Di jalan tol setiap kilometernya mengandung 30.000 ton pasir. Juga untuk reklamasi lahan dan pengelolaan pantai, permintaan akan pasir naik, terutama di negara-negara yang cepat berkembang seperti Tiongkok, Brasil, India dan negara-negara kaya seperti Dubai dan Singapura.

Pasir gurun sebenarnya tidak cocok dipakai untuk bangunan dan reklamasi lahan. Butir pasir itu licin, bundar dan tidak melekat. Pasir dari laut dan sungai adalah tajam dan kasar. Bisnis pasir global diperkirakan sebesar 70 miliar dollar setiap tahunnya – belum termasuk penyelundupan pasir, demikian Josua Comaroff seorang arsitek dan ahli ilmu bumi di Harvard Design Magazine. http://www.harvarddesignmagazine.org/issues/39/built-on-sand-singapore-and-the-new-state-of-risk

Dari mana datangnya pasir di sungai dan laut?

90 persen berasal dari erosi pegunungan dan mengalir melalui anak sungai dan sungai ke laut. Proses ini berjalan ratusan bahkan ribuan tahun.

Namun kini hanya setengahnya saja yang sampai ke laut. Karena sebelumnya pasir sudah dikeruk atau terbenam di bendungan-bendungan. 850.000 bendungan air di seluruh dunia menyimpan tidak hanya air tapi juga pasir dari sungai.

Dampak dari kerukan pasir

Di sungai-sungai: dari kehancuran alam dekat pantai, hewan dan tumbuhan kehilangan habitatnya. Aliran sungai yang berubah mengakibatkan banjir atau tandus bila permukaan air surut. Mesin penggali dan kapal tongkang mencemari air. Pantai dan jembatan rusak.

Di lautan: pasir sungai menjadi lebih langka dan kapal keruk bertambah banyak di seluruh pantai di dunia – diusahakan dekat dengan pantai untuk menghemat biaya, dimana dasar laut belumlah begitu dalam.

Punahnya hewan dan tumbuhan secara kolosal: „Kapal keruk menyedot segala makhluk hidup dan merusak keseluruhan ekosistim laut“, demikian ahli biologi kelautan Chou Loke Ming dari Singapura. Dengan begitu penghuni laut lainnya juga terancam karena rantai makanan hancur bersamaan.

Erosi pantai: oleh karena kapal keruk besar menyedot rongga-rongga di dasar laut, maka pasir di pantai berguncang dan longsor, dan lubang-lubang tersebut tertimbun. Kejadian seperti inilah yang menyebabkan 25 pulau di Indonesia tenggelam, yang letaknya berdekatan dengan perbatasan Singapura. http://foreignpolicy.com/2010/08/04/the-sand-smugglers/

Singapura lapar akan pasir

Negara ini termasuk dalam 20 negara terkecil di dunia tapi yang terkaya di Asia Tenggara. Sejak kemedekaannya di tahun 60-an jumlah penduduk meningkat 3 kali lipat: dari 1,63 juta penduduk menjadi 5,5 juta (2014). Tidak heran bila orang membutuhkan tempat: melalui reklamasi lahan, luas negara ini yang dulunya 582,5 km² kini menjadi 712,4 km² (= 130 km²). Hingga tahun 2030 luasnya akan ditambah 70 km² lagi.Singapura adalah juara dunia impor pasir: 517 juta ton dalam 20 tahun terakhir, hampir 30 juta ton tiap tahunnya – 5,4 juta ton tiap penduduk.

(Sumber http://na.unep.net/geas/getUNEPPageWithArticleIDScript.php?article_id=110 + http://foreignpolicy.com/2010/08/04/the-sand-smugglers/

Pasir dari wilayahnya sendiri untuk gedung pencakar langit dan reklamasi di negara-negara yang kuat perekonomiannya sudah lama berakhir: „Kami dulunya mengambil pasir dari bukit-bukit di negara kami lalu ketika tidak ada bukit lagi, kami memompa pasir dari dasar laut.Sekarang paling banyak kami mengimport pasir dari negara-negara tetanggga“, demikian Profesor Chou Loke Ming dari Biological Science Center of the National Institute of Singapore. http://rt.com/news/singapore-sand-smuggling-dredging/

Sumber pasir Singapura: negara-negara tetangga

Untuk menyusui lapar akan pasir Singapura lebih dari dua dekade telah mengeruk pasir di negara tetangganya. Pertama-tama Malaysia, hingga negara ini pada tahun 1997 melarang ekspor pasir ke Singapura. Pada tahun 2007 Indonesia, setelah beberapa pulau-pulau terpencil di kepulauan Riau lenyap – dan muncul kembali di pantai Singapura. Tahun 2009 Kamboja melarang ekspor pasir laut.

Sementara itu Myanmar dan Filipina menjadi pemasok utama pasir ke Singapura, demikian Joshua Comaroff seorang arsitek.http://www.harvarddesignmagazine.org/issues/39/built-on-sand-singapore-and-the-new-state-of-risk

„Sejak tahun 2011 Myanmar telah mengekspor lebih dari 4 juta kubik meter pasir ke Singapura“, lapor The Online Citizen dari Singapura yang mengutip berita dari koran „Eleven“ di Myanmar. Penduduk di daerah Tanintharyi sejak itu tertimpa bencana tanah longsor dan kehilangan tanah. Meskipun begitu Presiden Myanmar mengatakan bahwa negaranya dalam waktu panjang bisa „mengirim pasir, semen, granit atau bahan bangunan lainnya ke Singapura“.

Penyelundupan pasir berkembang

Larangan ekspor di beberapa negara telah membuka pintu bagi pengerukan dan perdagangan pasir ilegal, juga penyelundupan dan korupsi di negara-negara seperti Kamboja dan Indonesia.

Tahun 2010 sebuah NGO Global Witness telah menerbitkan laporan „Shifting Sand“ yang menyatakan bahwa anggota parlemen Kamboja terlibat dalam pengerukan pasir ilegal lewat perusahaan mereka sendiri dan ijin usaha terus dibagi-bagi meskipun adanya laranganekspor. Singapura tetap membeli pasir selundupan ini. Pengerukan pasir di sungai dan muara sungai di provinsi Koh Kong telah merusak alam dan hutan bakau, daerah perairan ikan dan penghidupan ribuan keluarga nelayan.

Baik Kamboja dan Singapura menolak laporan ini.

http://lkyspp.nus.edu.sg/wp-content/uploads/2013/07/The-Dirty-Business-of-Sand-Sand-Dredging-in-Cambodia.pdf

Namun aktivis kelompok lingkungan hidup Kamboja „Mother Nature“, mitra Selamatkan Hutan Hujan, memberitakan pengerukan pasir ilegal yang terus berlangsung dan protes para aktivis lingkungan dan penduduk di provinsi Koh Kong:

https://www.cambodiadaily.com/news/fishermen-claim-victory-against-sand-dredgers-81942/

http://www.phnompenhpost.com/national/locals-turn-against-activists

http://www.rfa.org/english/news/cambodia/detention-06252015181117.html https://www.cambodiadaily.com/news/environmental-activists-rights-worker-detained-before-march-86603/

Di Indonesia terdapat bukti jelas akan adanya penyelundupan pasir terus menerus ke Singapura: tanggal 10 Februari 2015 harian Medan Bisnis Daily menerbitkan foto kapal tongkang yang memuat pasir untuk dibawa ke Singapura: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/13/146808/ekspor-pasir-ke-singapura/#.VYgSCPkX2M8

Tahun 2012 bea cukai Indonesia menyita 2 kapal laut yang membawa 5000 kubik meter pasir ke Singapura: http://www.antaranews.com/en/news/79673/customs-service-steps-up-patrol-to-prevent-sand-smuggling

Kemunafikan Singapura

Singapura menolak segala tuduhan korupsi dan penyelundupan pasir. Dalam jawabannya atas laporan Global-Witness di tahun 2010 Singapura menyatakan bahwa bukan pemerintahannya yang mengimpor pasir, melainkan perusahaan swasta. Dan perusahaan ini memperhatikan tanggung jawab bisnis partner kerjanya di negara pengekspor. Selain itu bukanlah tugas Singapura untuk mengawasi hukum di negara-negara lain.

http://lkyspp.nus.edu.sg/wp-content/uploads/2013/07/The-Dirty-Business-of-Sand-Sand-Dredging-in-Cambodia.pdf und

https://www.globalwitness.org/archive/global-witness-singapores-statement-sand-report-leaves-major-concerns-unaddressed/

Lucunya Singapura menyatakan dirinya sebagai pemimpin perlindungan lingkungan hidup di Asia Tenggara.„Adalah tugas utama kami memelihara lingkungan“, seperti yang tertulis di Website Building and Construction Authority: http://www.bca.gov.sg/AboutUs/bca_csr.html

George Boden dari Global Witness menggambarkan hal itu sebagai kemunafikan besar – hal bersangkut dengan ketidakmampuan Singapura mengatasi dampak sosial dan ekologi akibat pengerukan pasir.

Surat

Kepada: Kepada Perdana Mentri Lee Hsien Loong

Perdana Mentri yang terhormat,

dalam 20 tahun belakangan ini Singapura telah mengimpor 517 juta ton pasir dan merupakan pembeli pasir terbesar di dunia. Setiap tahunnya masuk 30 juta ton ke Sigapura, demikian laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang diterbitkan tahun 2014 „Pasir, lebih jarang dari apa yang orang kira („Sand, rarer than one thinks“).

Harga pertumbuhan Singapura harus dibayar oleh manusia di negara-negara pengekspor pasir – sah atau lewat kelompok penyelundup yang terorganisir. Atau juga diakibatkan oleh pengawasan yang lemah, korupsi dan pemberian konsensi yang tidak sah.

Pengerukan pasir besar-besaran di sungai dan dasar laut berdampak pada rusaknya ekosistim di negara-negara setempat. Seperti laporan para ahli lingkungan dari PBB: langkanya aneka ragam hayati, lenyapnya wilayah karena erosi pesisir atau di tepi pengairan; aliran air dan arus laut berubah, banjir, tandus dan pengairan yang tercemar mengancam manusia, hewan dan tumbuhan.

Pengerukan pasir bertahun-tahun di provinsi Koh Kong di barat daya Kamboja, salah satu sumber utama Singapura bagi reklamasi lahan dan bangunan, telah merusak hutan bakau. Nelayan kehilangan 80% tangkapannya akan ikan, kerang, kepiting dan lobster, demikian studi dari IUCN (International Union for Conservation of Nature) yang bernama Study of Coastal Mangrove Forest Devastation and Channel Sedimentation.

Anda menulis di Website resmi Anda bahwa perlindungan lingkungan termasuk dalam prinsip Anda. Tolong perhatikan juga perlindungan lingkungan di negara-negara yang selama ini memasok kepentingan negara Anda. Kesejahteraan Anda jangan merugikan alam; jangan menarik keuntungan atas praktek korupsi, eksploitasi ilegal dan penyelundupan.

Pasir bukanlah sumber daya alam yang tiada habis-habisnya, demikian UNEP. Hindarilah import pasir dan carilah alternativnya.


Salam hormat,

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!