Hentikan PSN Merauke di hutan suku Marind!

empat masyarakat adat Papua di Jakarta Papua bukan tanah kosong! Stop deforestasi hutan kami! (© Pusaka) kapal dengan excavator Kapal barang penuh dengan eskavator tiba di Merauke (© Pusaka) Foto drone barisan panjang eskavator melewati hutan hujan 2000 eskavator dikirim Jhonlin Grup ke Papua untuk merusak hutan (© Pusaka) tiga anggota TNI dan dua laki sivil didepan helikopter Militer melindungi proyek gula dan bioetanol di Merauke (© Pusaka) ekskavator dan kelompok laki-laki Penebangan telah dimulai. Ekskavator Jhonlin Grup di Wanam (© Pusaka) Masyarakat adat protes Masyarakat adat melakukan perlawanan: „Alam dirusak, burung tidak bernyanyi lagi, hewan lenyap. Tolong bantu kami!“ (© Pusaka) Spanduk "Kami bisa hidup tanpa tebu dan sawit" "Kami bisa hidup tanpa tebu dan sawit" (© Pusaka) Kangguru pohon dan burung cendrawasih Keunikan fauna di Papua: kangguru pohon dan burung cendrawasih (© CraigRJD & feathercollector / istockphoto.com) Map kabupaten Merauke dengan konsesi tebu dan padi Peta kabupaten Merauke dengan konsesi tebu dan padi (© Pusaka)

Dengan perlindungan militer, pemerintah Indonesia menjalankan Proyek Strategis Nasional (gula dan bioetanol serta cetak sawah) di belahan selatan Papua. Dua juta hektar hutan hujan dan lahan masyarakat adat terancam.

Berita & update seruan

Kepada: Presiden Republik Indonesia; Menteri Pertahanan, Pertanian, Investasi, Lingkungan Hidup, Kehutanan; Dewan HAM - PBB

“Hentikan „Proyek Strategis Nasional Merauke“ dan penebangan hutan, hormati masyarakat adat Papua!”

Membaca surat

Sejak pertengahan 2024 datang kapal-kapal barang penuh dengan eskavator di belahan selatan Papua. Eskavator ini menghancurkan hutan rimba yang sangat berharga yang juga tempat tinggal kangguru pohon dan cendrawasih serta 40.000 masyarakat adat Papua.

Lebih dari dua juta hektar hutan milik masyarakat adat Marind dan Yei terancam. Di kabupaten Merauke akan dibangun perkebunan raksasa. Lokasinya berada dimana hutan hujan tumbuh dan masyarakat adat seperti Marind dan Yei tinggal.

Indonesia di Papua Selatan sedang menjalankan sebuah „Proyek Strategis Nasional“ untuk gula dan bioetanol, dengan alasan demi ketahanan pangan. Selain perkebunan, telah direncanakan pula pembangunan lima pabrik gula dan bioetanol, pembangkit listrik tenaga biomassa dan jalanan. Ratusan eskavator telah hadir di sana.

Proyek ke dua cetak sawah bagi satu juta hektar sawah dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan dan Pertanian. Pengawasannya berada ditangan militer. Batalion baru telah ditempatkan dan tentara ikut membuka hutan.

Namun harga yang harus ditanggung sangat tinggi. Papua memiliki hutan hujan yang sangat luas yang masih ada di Indonesia, dengan keunikan dunia flora dan faunanya. Di sana hidup hewan berkantung, kasuari dan burung cendrawasih. Masyarakat adat terikat erat dengan hutan yang mereka sebut „Mama“. Perusakan alam merupakan bencana bagi dunia - bagi iklim, keanekaragaman hayati dan masyarakat adat.

Dengan sekuat tenaga suku Marind dan Yei mempertahankan hutannya, sebab mereka punya pengalaman buruk dengan „Merauke Integrated Food und Energy Estate“ (MIFEE). Bukannya padi menjadi pemandangan alam, melainkan deforestasi dan kelapa sawit.

Alam yang luas dirusak, burung tidak bernyanyi lagi, hewan di hutan lenyap. Tolong bantu kami!“

Tolong tuntut pemerintah Indonesia mencabut proyek padi, gula dan bioetanol dan menghargai hak-hak masyarakat adat atas tanah dan budayanya.


Latar belakang

Latar belakang dan penerima keuntungan selengkapnya bisa Anda baca di briefing paper Pusaka Proyek Strategis Nasional PSN Merauke.pdf

Selebihnya tentang Papua silahkan baca Regenwald Report: Pulau Papua 1-2025.pdf

PSN Merauke bagi gula, bioetanol dan sawah

Tujuan Proyek Strategis Nasional „Gula dan Bioetanol Merauke“ (disingkat PSN Merauke) dan proyek Cetak Sawah satu juta hektar adalah ketahanan pangan dan penyediaan energi, penciptaan lapangan kerja dan perbaikan standar kehidupan masyarakat, demikian propaganda pemerintah Indonesia. Dataran rendah di belahan selatan Papua dianggap lahan kosong, hutannya tidak produktif. Padahal sesungguhnya hutan di Papua merupakan wilayah hutan yang sangat besar di wilayah asia-pasifik yang masih tersisa.

Cara pandang berdasarkan keuntungan itu mengenyampingkan nilai keragaman ekosistem di Papua Selatan, dimana hutan hujan berubah menjadi sabana dan rawa-rawa. Cara pandang ini menyebabkan rusaknya biodiversitas yang sangat beragam yang sebagian besar belum pernah diteliti secara ilmiah. Dan cara ini sungguh merubah pola hidup masyarakat adat yang hidup harmonis dengan alam dan melanggar hak-hak mereka.

Dampaknya sangat fatal: Penebangan liar besar-besaran, berubahnya ekosistem menjadi monokultur dan pertanian yang mekanis. Proyek ini dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar di bawah pengawasan militer. Ini semua menyebabkan masalah-masalah besar baru: Pencurian lahan, konsentrasi lahan hanya dikuasai segelintir investor, pemerasan pekerja, korupsi, kekerasan dan pelanggaran HAM.


PSN Merauke deforestasi dengan kecepatan tinggi 

Proyek Strategis Nasional menempatkan perekonomian di prioritas tertinggi. Karena PSN Merauke mencakup kebutuhan pangan dan energi, maka produksi gula dan padi bagi pertumbuhan penduduk dan produksi bioetanol bagi sektor energi atau sebagai pengganti bahan bakar fosil ditingkatkan.

 

PSN Merauke terdiri dari beberapa proyek bagian di lebih dari dua juta hektar:

1) 541.094,37 hektar perkebunan tebu, dioperasikan oleh 10 perusahaan. Izin sudah dibagikan tahun 2023 dan 2024. Salah satu perusahaan, PT Global Papua Abadi (GPA), pada 2024 telah memulai menebang hutan. Sekitar 1000 hektar hutan telah punah - jadi masih banyak yang bisa diselamatkan!

2) Proyek pertanian besar dengan mesin modern dikerjakan oleh tentara dan mahasiswa pertama-tama di atas 40.000 dan nanti menjadi 100.000 hektar di distrik Kurik, Tanah Miring, Merauke, Semangga, Jagebob dan Marind.

3) Cetak sawah lebih dari satu juta hektar, menurut Menteri Pertanian Amran Suleiman dikerjakan bersama-sama oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pertanian dengan moto: „Menuju Lumbung Pangan Dunia Basis Negara Super Power“. Wilayah proyek cetak sawah satu juta hektar terletak di desa Kuper, kecamatan Semangga, kabupaten Merauke.

4) Untuk proyek itu diperlukan infrastruktur yaitu jalan sepanjang 135,5 kilometer menuju distrik Ilwayab, Ngguti, Kaptel dan Muting. Pembiayaan pembangunan sawah dan infrastruktur akan ditanggung Jhonlin Group yang dimiliki oleh Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam. Presiden Prabowo Subianto dengan perusahaannya PT Agro Industri Nasional (Agrinas) juga terlibat. PT Agrinas sebelumnya telah ikut mengerjakan proyek Food Estate di Kalimantan dan Sumatra, yang hasilnya juga menciptakan bencana.

5) Lima pabrik untuk produksi gula dan bioetanol, dibangun oleh PT Global Papua Abadi (GPA).

6) Pembangkit listrik biomassa dengan kekuatan 100 MW di bawah kendali Kementerian Investasi.

Tujuannya adalah produksi sebesar 2,6 juta ton gula, 244 juta ton bioetanol per tahun, seperti juga beras.

Sejak Juni 2024 kapal J7 Explorer milik Jhonlin Group, membawa helikopter, kendaraan, awak kapal dan tentara ke Merauke.

Pada Juli 2024 awalnya sebanyak 2000 eskavator yang dipesan dari Cina yang dimuat dalam kapal Liana LXXIX yang juga milik Jhonlin Group, telah mendarat di Merauke.

Tak lama kemudian ratusan eskavator telah berada di lokasi. Dan dengan perlindungan militer menebang dan merusak hutan, pohon sagu, kebun, rawa, tempat-tempat suci dan hutan milik suku Marind Maklew di wilayah Wanam, distrik Ilwayab.

Baca lebih lengkap Militer mengamankan proyek pangan dan energi PSN Merauke


PSN Merauke merampok tanah masyarakat adat

Konsesi tumpang tindih dengan tanah masyarakat adat Yei (316.463 hektar) dan sisanya dengan tanah suku Marind. Di sana hidup 40.000 bahkan mungkin 50.000 masyarakat adat di 40 desa.

Masyarakat adat sangat tergantung dengan tanah dan hutan mereka. Di sana mereka bisa berburu dan memiliki kebun dan pohon sagu. Kini mereka kehilangan sumber makanannya, akses mendapat bahan untuk membuat alat kerja, tanaman obat, situs-situs budaya dan sakral.

Tidak ada konsultasi sebelum pemberian izin. Pihak perusahaan mengukur wilayah dan mencaploknya. Mereka menebang hutan, mengeringkan rawa-rawa yang merupakan tempat bertumbuhnya pohon sagu dan merusak tempat-tempat budaya penting. Kayu yang berharga dibawa keluar dari wilayah dan dijual. Ini semua terjadi di bawah perlindungan militer yang mengintimidasi warga.

Pada Mei 2024 suku Yei menyampaikan surat pertama mereka pada pemerintah yang berisi bahwa mereka tidak menyetujui proyek besar tersebut, tapi hingga kini tidak ada jawaban. Demonstrasi, protes dan kecemasan menyusul, pihak media memberi laporan dan di setiap desa muncul perlawanan.

Dorthea Wabiser dari Pusaka mengatakan: „Tanpa bantuan dan solidaritas internasional, pemerintah akan mengabaikan gerakan masyarakat. Kami mengharap teman-teman internasional bersolidaritas dengan kami agar hutan di Papua bisa diselamatkan, mengkampanyekan apa yang terjadi di Papua dan mengangkat kasus penghancuran hutan hujan ke panggung internasional serta mendesak pemerintah kami merubah keputusannya.

Masyarakat adat harus secara resmi diakui dan dilindungi. Sebab mereka penjaga hutan hujan terbaik. Dan mereka melestarikan hutan bukan hanya untuk kehidupan mereka sendiri, melainkan untuk semua manusia di dunia.“

Kesewenang-wenangan milter menyulut ketakutan. „Masyarakat Marind dan Yei“, ujar Franky Samperante dari Pusaka, „tidak mau dikorbankan untuk „pembangunan“ yang sia-sia. Mereka mengatakan:

Papua bukan tanah kosong! Hargai kami!"


PSN Merauke merusak hutan alami

Menurut Pusaka, untuk program cetak sawah dan perkebunan tebu tidak hanya merusak situs-situs sakral, pohon sagu dan tempat berburu, tapi juga hutan dengan biodiversitas tinggi dan hutan-hutan yang dilindungi berdasarkan hukum masyarakat adat.

Konsesi dari 10 perusahaan milik GPA Group, menurut analisa Pusaka, hingga 79% luasnya berada di hutan primer dan rawa gambut. Padahal hutan-hutan ini sebenarnya tidak boleh ditebang. Proyek ini juga melanggar tata ruang distrik Merauke dimana 44% wilayah PSN berada di wilayah lindung. Wilayah-wilayah lainnya secara resmi ditetapkan untuk perhutanan sosial, dimana masyarakat adat juga bisa secara resmi menjadi pemilik yang diakui dengan sertifikat.

Penebangan hutan yang seharusnya sangat dilindungi akan memperparah krisis lingkungan hidup, akses pangan dan menyebabkan banjir dan bencana alam lainnya, demikian Pusaka.

Selain itu proyek ini sangat bertentangan dengan tujuan politik iklim yang sudah ditetapkan pemerintah Indonesia yang akan menurunkan emisi CO2 hingga 41 persen.


PSN Merauke melanggar HAM

Proyek Strategis Nasional menurut peraturan tidak hanya harus sesuai dengan tata ruang, tapi juga penting adalah studi sosial dan ekologis, dokumen lingkungan, ketentuan pembangunan, transparansi keuangan dan izin yang berlaku. Di tambah lagi partisipasi dan persetujuan dari masyarakat yang bebas tanpa paksaan dan berdasarkan informasi awal.

Dalam kenyataannya pemerintah malah melakukan pencurian lahan masyarakat adat secara besar-besaran dengan bantuan intimidasi yang dilakukan militer.

„Pemerintah melanggar HAM, hak tanah, hak atas lingkungan hidup yang sehat, hak atas pangan, atas budaya dan tradisi, hak atas kebebasan dan keamanan. Ini semua dijamin oleh UUD 1945 dan hak internasional“, ujar Franky Samperante, mitra kami dari Pusaka.


Profit over People - Keuntungan di atas penderitaan rakyat

Pelaku utama di samping Jhonlin Group dan PT Global Papua Abadi adalah dua korporasi dari dua keluarga:

1) Keluarga Fangiano, pemilik First Resources Group, Fangiono Agro Plantations dan Ciliandry Anky Abadi Group;

2) Keluarga Martua Sitorus, pendiri Wilmar Group.

Ke dua korporasi dari keluarga Fangiono dan Sitorus termasuk dalam pemain bisnis minyak sawit dunia. Perusahaan milik keluarga Fangiono yaitu Ciliandry Anky Abadi Group telah memiliki lebih dari 120.000 hektar perkebunan sawit dan izin baru di Sorong, Papua Barat. Sementara Wilmar Internasional, sebuah korporasi agraria terkenal di Asia dan produsen dan pedagang minyak sawit terbesar di dunia, menempatkan sebuah kilang pabrik di Jerman, tepatnya di kota Brake. Di sana Olenex (joint venture Wilmar dan Archer Daniels Midland) mengoperasikan rafineri minyak yang dulu dimiliki Unilever.


Ekologi dari Merauke

Kabupaten Merauke terbentuk dari ekosistem yang beragam: Ciri khas hutan hujan bisa ditemukan di sebelah utara Merauke, sedangkan rawa gambut dan hutan bakau di selatan serta sabana di timur.

Di sebelah tenggara Merauke, luas Taman Nasional Wasur sebesar sepersepuluh luas kabupaten Merauke. Taman ini sangat penting sebagai wilayah migrasi burung dan menjadi terkenal oleh bukit rayap yang sangat besar.

Secara ekologis Merauke tidak lagi utuh. Konsesi besar diberikan pada perusahaan minyak sawit, kayu dan HTI. Pengerukan pasir merubah kondisi pantai, pemburuan liar mengancam kepunahan hewan. Di semua aktifitas ilegal sepertinya ada keterlibatan militer.

Sayangnya politisi dan pelaku bisnis berpendapat bahwa sabana dan wilayah kering lainnya secara ekologis merupakan wilayah terdegradasi dan lahan basah menjamin cukup air. Kenyataannya sebaliknya. Merauke karena sumber air tawar yang terbatas dan mempunyai musim kemarau yang panjang bergantung pada air sungai dan hujan. Kebutuhan air yang tinggi pada tebu, kelapa sawit dan padi akan memperparah persediaan air minum yang sekarang ini sudah kritis.


Pelajaran dari proyek MIFEE

Proyek yang serupa dimulai 10 tahun yang lalu. Oleh karena kaget oleh ide yang gila dan terkesan tergesa-gesa untuk meratakan tanah di dataran selatan Papua dan menanaminya dengan persawahan dan perkebunan sawit, maka kami dahulu telah membuat petisi Selamatkan hutan Papua. Hampir 250.000 orang dari seluruh dunia bersama dengan kami menuntut „hentikan proyek agraria raksasa di Merauke dan Papua dan lindungi hutan dan hak-hak penduduk.“

2011/15 telah dijalankan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dan diresmikan oleh mantan Presiden Jokowi. Proyek ini berjalan dengan studi lingkungan dan sosial yang tidak memadai. Tidak ada sebelumnya persetujuan dari penduduk. Dan dari janji kesejahteraan penduduk setempat hingga kini tidak merasakan. Dampak ekologisnya sudah bisa diduga: Penebangan hutan, kebakaran hutan tiap tahun dan banjir.

Petisi kami sudah dua kali diserahkan di Jakarta. Petisi ini terutama telah ikut andil dalam jaringan kerja masyarakat adat dengan aktifis lingkungan. Berkat perjuangan mereka maka duapertiga wilayah Merauke bisa diselamatkan dari perusakan alam.

Kini MIFEE dinyatakan gagal. Beberapa investor telah menyerah. Padi tidak tumbuh di sana dan tujuan ketahanan pangan tidak tercapai. Banyak desa-desa telah kehilangan eksistensinya. MIFEE merupakan perampasan tanah besar-besaran dan negara terlibat sebagai pelaku. Sepertiga wilayah Merauke kini berada di tangan segelintir korporasi. 

Dinas Tata Ruang berpendapat lahan 1.282.833 hektar cocok untuk ditanami padi dan kelapa sawit, dan bukannya 4,6 juta hektar seperti yang direncanakan pemerintah (hal ini berarti lebih besar dari luas kabupaten Merauke yang sebesar 4.507.100 hektar).

Menurut data dari Pusaka, kini 38 perusahaan mempunyai konsesi lebih dari 1.588.651 hektar (2024). Areal ini tumpang tindih dengan wilayah hutan yang dihuni kelompok masyarakat adat Marind. 18 perusahaan memiliki izin operasi seluas 548.194 hektar perkebunan tebu, 10 perusahaan seluas 297.418 hektar perkebunan sawit, 7 perusahaan seluas 660.556 hektar HTI untuk industri kertas serta 3 perkebunan lainnya seluas 82.483 hektar. Sebagian dari wilayah konsesi masih berupa hutan.

Surat

Kepada: Presiden Republik Indonesia; Menteri Pertahanan, Pertanian, Investasi, Lingkungan Hidup, Kehutanan; Dewan HAM - PBB

Yang terhormat Bapak Presiden, yang terhormat Ibu dan Bapak,

Proyek Strategis Nasional (PNS) konon bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi dan memastikan penyediaan pangan dan energi. Tapi PSN Merauke gula dan bioetanol serta proyek cetak sawah satu juta hektar ternyata mengancam masyarakat adat dan hutan hujan. Hal in bertentangan dengan kewajiban Indonesia bagi kelestarian lingkungan dan perjanjian melindungi hutan primer dan rawa gambut. Proyek ini mempunyai luas lebih dari dua juta hektar sehingga sebagian besar tanah masyarakat adat dirusak.

Kami mendesak Anda segera menghentikan „Proyek Strategis Nasional“, „proyek cetak sawah satu juta hektar", penebangan hutan dan segala hal yang bersangkutan serta menghormati hak-hak masyarakat adat dan budaya mereka.

  • Proyek gula dan bioetanol serta proyek cetak sawah satu juta hektar segera dihentikan;
  • Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus mencabut izin yang sudah diberikan;
  • Pemerintah harus menghormati dan melindungi masyarakat adat dan hak-haknya;
  • Dewan HAM - PBB perlu diundang datang ke Papua;
  • Militer dan polisi dilarang mengawasi proyek ekonomi PSN Merauke dan tidak boleh mengintimidasi masyarakat.

Seharusnya Anda ikut melestarikan hutan hujan di Papua yang sangat berarti lingkungan hidup di dunia. Lindungi biodiversitas yang luar biasa di sana dan jamin perlindungan masyarakat adat serta budayanya. Bersama masyarakat adat kembangkanlah sistim ekonomi yang adil dan ekologis.

Dengan hormat

Topic

Pertanyaan dasar: Mengapa biodiversitas sangat penting?

 

Biodiversitas atau keragaman biologis meliputi tiga bidang yang sangat berkaitan satu sama lain: Keaneka ragaman hayati, keragaman genetik didalam spesies tertentu dan keragaman ekosistem, contohnya, hutan atau laut. Setiap jenis merupakan bagian dari ikatan hubungan yang sangat kompleks. Satu spesies punah, maka akan berpengaruh pada spesies lainnya dan keseluruhan ekosistim.

Kini di seluruh dunia terdapat hampir dua juta spesies. Para ahli memperkirakan jumlahnya masih jauh lebih banyak lagi. Hutan hujan tropis dan terumbu karang termasuk dalam ekosistem yang paling beragam dan yang paling kompleks dan terorganisir di dunia. Hampir setengah dari seluruh spesies flora dan fauna hidup di hutan tropis.

Keragaman biologis itu sendiri layak dilindungi dan selain itu juga sumber kehidupan kita. Kita tiap hari mengkonsumsi bahan makanan, air minum, obat-obatan, energi, pakaian atau bahan bangunan. Ekosistim yang utuh menjamin penyerbukan tanaman dan kesuburan tanah, melindungi kita dari bencana alam seperti banjir atau longsor, membersihkan air dan udara serta menyimpan CO2 yang merusak iklim.

Alam adalah rumah dan sekaligus tempat spiritual masyarakat adat. Mereka adalah pelindung hutan hujan yang terbaik, karena khususnya ekosistem yang utuh hanya bisa ditemui di habitat komunitas masyarakat adat.

Hubungan antara kehilangan alam dan penyebaran pandemi sudah diketahui jauh sebelum corona. Alam yang utuh dan beragam melindungi kita dari penyakit dan pandemi lainnya.

Dampak: Punahnya spesies, kelaparan dan krisis iklim

 

Keadaan alam di seluruh dunia menjadi buruk dengan dramatis. Sekitar 1 juta spesies flora dan fauna terancam punah di waktu dekat. Dalam daftar merah dari IUCN (Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam) saat kini terdapat 37.400 spesies flora dan fauna terancam punah – rekor yang menyedihkan! Para ahli menyebutnya sebagai kepunahan masal yang keenam dalam sejarah dunia. Percepatan punahnya spesies yang disebabkan manusia menjadi ratusan kali lebih cepat dibanding 10 juta tahun terakhir.

Juga berbagai ekosistem di seluruh dunia - 75% wilayah daratan dan 66% lautan - terancam. Hanya 3% ekologi yang masih utuh, contohnya sebagian wilayah Amazon, Cekungan Kongo dan sebagian hutan Papua. Wilayah yang paling terkena adalah ekosistim yang beraneka ragam seperti hutan hujan dan terumbu karang. Sekitar 50% seluruh hutan hujan dirusak dalam 30 tahun terakhir. Musnahnya karang bertambah banyak seiring dengan meningkatnya temperatur global.

Penyebab utama dari rusaknya biodiversitas secara masif adalah perusakan habitat, pertanian intensif, penangkapan ikan berlebihan, pemburuan liar dan pemanasan iklim. Sekitar 500 miliar USD tiap tahunnya dikucurkan untuk perusakan alam di seluruh dunia, contohnya untuk peternakan masal, subsidi minyak bumi dan batu bara, penebangan hutan serta penutupan lapisan tanah dengan bahan bangunan. 

Hilangnya biodiversitas punya dampak sosial dan ekonomi yang besar. Pemerasan sumber daya alam berada di atas penderitaan juta manusia di negara-negara di  selatan bumi. PBB hanya bisa mencapai 17 tujuan pembangunan yang berkelanjutan, contohnya memerangi kelaparan dan kemiskinan, bila biodiversitas di seluruh dunia dijaga dan digunakan secara bekelanjutan demi generasi yang akan datang.

Tanpa pelestarian biodiversitas perlindungan iklim juga terancam. Perusakan hutan dan tegalan - keduanya penting untuk menyimpan CO2, -  membuat iklim semakin panas.

Solusinya: Lebih sedikit berarti lebih banyak!

 

Sumber daya alam tidaklah tanpa batas. Hampir dua bumi yang kita butuhkan sebagai manusia. Berdasarkan penggunaan sumber daya saat kini maka tahun 2050 nanti sedikitnya dibutuhkan tiga. Untuk mempertahankan kelestarian biodiversitas sebagai sumber kehidupan kita, kita harus terus meningkatkan tekanan pada politik. Dan masih banyak yang bisa kita lakukan lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tip sehari-hari ini orang juga bisa melindungi biodiversitas:

  • Lebih sering tumbuhan: lebih banyak makan sayuran dan tahu atau paling baik tanpa daging sama sekali! Sekitar 80% lahan pertanian di dunia digunakan untuk peternakan dan penanaman tumbuhan untuk pakan hewan.
  • Regional dan bio: bahan makanan yang dibuat secara ekologis mencegah penanaman monokultur yang luas dan penggunaan pestisida. Membeli produk regional selain itu menghemat energi yang besar!
  • Hidup sadar: Butuhkah saya pakaian atau hanphone baru? Atau maukah saya membeli barang-barang bekas kebutuhan sehari-hari? Ada banyak alternatif dari produksi dengan minyak sawit dan kayu tropis! Hewan peliharaan tropis seperti burung atau kera adalah tabu! Sekarang hitunglah jejak ekologis kamu!
  • Jadilah teman lebah: Di teras atau di taman lebah dan insek lainnya gembira atas tumbuhan yang beraneka ragam dan nikmat. Tapi tanpa punya tamanpun orang juga bisa aktiv di suatu proyek perlindungan alam di daerahnya.
  • Mendukung protes: membuat tekanan pada politisi lewat demonstrasi atau petisi menentang pemanasan iklim atau mendukung perubahan agraria. Mereka bertanggung jawab juga atas perlindungan biodiversitas.
Berita & update

berita · 15 Mar 2025

Deklarasi Solidaritas Merauke

Halaman pertama "Deklarasi Solidaritas Merauke" dengan foto ekskavator

Pertemuan Konsolidasi Solidaritas Merauke tanggal 11-14 Maret 2025 menghasilkan sebuah deklarasi kuat yang menuntut penghentian Proyek Strategis Nasional serta proyek-proyek atas nama kepentingan nasional lainnya yang mengorbankan rakyat.

selanjutnya

Majalah Regenwald Report 1-2025 · 8 Mar 2025

Pulau Papua - Pulau kaya di samudra pasifik yang terancam

Di pulau tropis terbesar dunia terdapat salah satu wilayah hutan hujan dengan jumlah spesies yang terbanyak di dunia. Keanekaragamannya sangat unik; begitu juga budaya ribuan komunitas masyarakat adat. Tapi alam di belahan barat pulau Papua sejak 20 tahun ini terus dijarah habis-habisan - di atas penderitaan masyarakat dan sumber kehidupannya. Kami membantu mereka mempertahankan hutannya.

selanjutnya

Mitra hutan hujan · 5 Feb 2025

Keragaman Pangan Na-Afsya

Masyarakat adat Afsya di Sorong Selatan menemukan pangan yang kaya di alam, di hutan, sungai, dan rawa-rawa. Dalam artikel ini, dua perempuan muda berbicara tentang pengalaman tentang pangan Na-Afsya yang terancam oleh masuknya perusahaan yang akan menghancurkan alam

selanjutnya

Interview · 14 Okt 2024

Pembela Hutan Papua: Pelindung hutan terbaik adalah masyarakat adat

Masyarakat adat harus diakui dan dilindungi secara resmi karena mereka adalah penjaga hutan terbaik. Itulah yang dikatakan oleh Dorthea Wabiser dari Papua. Dalam wawancara ini, ia meminta solidaritas kita.

selanjutnya

berita · 3 Okt 2024

Militer mengamankan Proyek Pangan dan Energi PSN Merauke

Proyek Pangan dan Energi Merauke di Provinsi Papua Selatan merampas hak masyarakat adat dan akan membabat dua juta hektar hutan. PSN Merauke itu dipaksakan dengan kekuatan militer. Masyarakat adat dan LSM melawan.

selanjutnya

Film dari Papua · 29 Agu 2024

AFSYA. Sebuah film tentang masyarakat adat yang mempertahankan hutan hujan

Afsya, sebuah film tentang perjuangan masyarakat adat Papua menentang perusakan hutan mereka untuk dijadikan minyak sawit. Film ini menunjukan bagaimana pentingnya perlindungan dan pengakuan masyarakat adat, demi bumi kita dan kemanusiaan. Sebuah produksi WatchDoc, Pusaka, RAN dan Selamatkan Hutan Hujan

selanjutnya

berita · 30 Jul 2024

Proyek Gula dan Bioetanol Merauke - Jalan Menuju Krisis Ekologi dan HAM

Presiden harus menghentikan Proyek Strategis Nasional Pengembangan Pangan dan Energi di Merauke, (gula dan bioetanol) dengan mempertimbangkan dan memperhatikan dampak sosial budaya, sosial ekonomi dan lingkungan hidup.

selanjutnya

berita · 22 Jul 2024

#AllEyesOnPapua Berlanjut, Suku Awyu dan Moi Sigin di Jakarta lagi

Pejuang lingkungan hidup dari masyarakat adat Awyu dan Moi Sigin bersama para pendukung tanggal 22 Juli 2024 datang ke Jakarta dan memohon Mahmakah Agung berpihak pada masyarakat adat dan hutan Papua.

selanjutnya

berita · 24 Jun 2024

Tanpa hutan, prahara ekologi melanda Tanah Papua

Tanah Papua telah menjadi benteng terakhir industri ekstraktif: kayu, sawit, tambangan. Konsekuensinya sangat dramatis: banjir melanda puluhan desa. Visi pembela lingkungan dan HAM: Tanah Papua damai, berkelanjutan, lestari, dan bermartabat

selanjutnya

berita · 7 Jun 2024

All Eyes on Papua

„All Eyes on Papua" (Semua mata memandang Papua) viral di media sosial. Foto hitam putih tersebut telah disebar jutaan kali di Indonesia. Anak muda Papua mengharap bahwa gerakan ini menjadi solidaritas dengan Papua yang sejati.

selanjutnya

Mitra Hutan Hujan · 18 Apr 2024

Perusahaan HTI merusak hutan hujan di Boven Digoel

Di Boven Digoel, hutan hujan dihancurkan untuk industri kertas dan tekstil! Perusahaan HTI PT Merauke Rayon Jaya diduga melakukan tindakan melawan hukum. Penggusuran dan pembabatan hutan tanpa musyawarah ditolak keras oleh masyarakat adat Wambon.

selanjutnya

Papua · 20 Mar 2024

Suku Awyu membela hutan dan melawan perusahaan proyek Tanah Merah

Proyek Tanah Merah di Boven Digoel merupakan serangan brutal terhadap hutan hujan Papua. Hutan suku Awyu akan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia. Namun, suku Awyu melawan proyek tersebut hingga ke Mahkamah Agung.

selanjutnya

Petisi ini tersedia dalam bahasa-bahasa berikut:

40.206 Pendukung

Bantulah kami mencapai 50.000:

aktivitas sebelumnya

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!