Skip to main content
Cari
Sebuah kelompok terdiri dari 30 anggota masyarakat adat di depan pondok yang beratapkan pelepah kelapa melakukan protes dengan memegang spanduk: "Wildlife Works keluar dari wilayah Ka’apor. Perdagangan karbon adalah pemecahan krisis lingkungan"
Suku Ka’apor protes menentang bisnis dengan hutan hujan mereka. Tulisan spanduk: „Wildlife Works keluar dari wilayah Ka’apor. Perdagangan karbon adalah pemecahan krisis lingkungan yang keliru.“ (© TUXA TA PAME)

Brasil: Wildlife Works keluar dari hutan hujan milik Ka’apor!

Perusahaan asal U.S. - Wildlife Works - ingin menggunakan hutan hujan milik masyarakat adat Ka’apor untuk berdagang kredit karbon. Tapi Dewan Masyarakat Adat Ka’apor menolak. Suku Ka’apor hingga kini tetap melestarikan hutannya dan tidak ingin berdagang dengan alam. Selain itu Wildlife Works menyebabkan konflik internal suku Ka’apor.

seruan

Kepada: Menteri bidang Masyarakat Adat, Sonia Guajajara; Presiden FUNAI, Joenia Wapichana; Koordinator sektor ke 6 Kejaksaan Agung - Masyarakat adat dan masyarakat tradisi

“Pemerintah Brasil harus melarang perusahaan Wildlife Works mendapatkan akses menuju wilayah masyarakat adat Ka’apor”

Membaca surat

Sejak 2023 Dewan Masyarakat Adat Ka’apor (Tuxa Ta Pame) menentang rencana perusahaan asal U.S - Wildlife Works - yang ingin menggunakan wilayah Alto Turiaçu (wilayah milik Ka’apor) di Amazon seluas 531.000 Hektar untuk menjadi tempat jualan kredit karbon.

Dengan sertifikat karbon maka, contohnya, perusahaan-perusahaan besar minyak bumi dan pesawat bisa menyebut dirinya ramah lingkungan, meskipun mereka terus menghasilkan emisi karbon dan merusak iklim dan lingkungan.

Suku Ka’apor hingga kini tetap melestarikan hutan hujan di Alto Turiaçu dan aktif menjaganya, meskipun kerap mendapatkan ancaman. Mereka menentang penebangan oleh perusahaan kayu, peternak sapi, penebang kayu liar dan pertambangan.

Mereka memahami bahwa hutan adalah makhluk hidup. Itu sebabnya mereka sangat menghormati hutan beserta isinya: flora, fauna, sungai atau roh-roh yang hidup di sana. Bagi suku Ka’apor setiap benda hidup punya jiwa yang tidak bisa ditukar dengan uang.

Dalam hubungannya dengan proyek karbon, pihak asing datang memasuki wilayah lindung hutan hujan milik Ka’apor dan di sana mengadakan pertemuan. Tujuannya untuk meyakinkan penduduk agar menyetujui proyek dengan mengetahui untuk apa jumlah uang sebanyak jutaan dollar itu digunakan.

Dewan Masyarakat Adat Ka’apor menentang rencana itu dan mengajukan gugatan di Kejaksaan Agung dan Lembaga Pemerintah urusan Masyarakat Adat (FUNAI). Wildlife Works tidak melakukan Persetujuan atas dasar Informasi di Awal dan Tanpa Paksaan (FPIC) dengan masyarakat adat Ka’apor, seperti yang ditetapkan di Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) No.169. (lihat juga: Konvensi ILO No. 169)

Aktivitas dan janji-janji perusahaan juga menyebabkan konflik internal Ka’apor. Hal ini sangat mengancam usaha mereka untuk melindungi hutan hujan dan mencegah masuknya pihak asing. Dan karena mereka menentang proyek, anggota Dewan Masyarakat Adat Ka’apor menerima ancaman.

Petisi dimulai 05/05/2025

Latar belakang

Informasi berikutnya:

- World Rainforest Movement, 19.2.2025. Documentary: NO to REDD and Carbon Markets: https://www.wrm.org.uy/multimedia/documentary-no-to-redd-and-carbon-markets

- The Intercept, 24.12.2024. 'QUEM MANDA É O INDÍGENA': https://www.intercept.com.br/2024/12/24/autogestao-e-agrofloresta-as-estrategias-dos-indigenas-kaapor-para-resistir-as-ameacas/

- REDD Monitor, 1.12.2023. How a proposed REDD project by Wildlife Works and Forest Trends in Maranhão, Brazil is fuelling Indigenous conflict: https://reddmonitor.substack.com/p/how-a-proposed-redd-project-by-wildlife

- The Intercept, 27.11.2023. Empresa dos EUA alimenta conflito entre indígenas para lucrar: https://www.intercept.com.br/2023/11/27/empresa-americana-alimenta-conflito-indigena-para-lucrar-com-reparacao-ambiental/

Surat

Kepada: Menteri bidang Masyarakat Adat, Sonia Guajajara; Presiden FUNAI, Joenia Wapichana; Koordinator sektor ke 6 Kejaksaan Agung - Masyarakat adat dan masyarakat tradisi

Yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak,

Sejak dua tahun para pemimpin Dewan Masyarakat Adat Ka’apor - Tuxa Ta Pame -  mengajukan aduan di Kejaksaan Agung dan FUNAI terhadap pelanggaran hak di wilayah mereka di Maranhão yang dilakukan perusahaan Amerika Serikat - Wildlife Works. Perusahaan ini ingin menjalankan sebuah proyek untuk memperdagangkan kredit karbon di wilayah Alto Turiaçu (wilayah adat Ka’apor) di Amazon. Proyek ini melanggar peraturan nasional dan internasional, demikian aduan tersebut.

Pada Januari 2024 Dewan Masyarakat Adat Ka’apor melalui surat resmi mengabarkan perusahaan tersebut bahwa dewan tidak menerima keberadaan pihak asing dalam kaitannya dengan proyek karbon di wilayah mereka dan menuntut perusahaan segera keluar dari wilayah mereka dan menghentikan segala aktivitas.

Wildlife Works tidak melibatkan Ka’apor dalam Persetujuan atas dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC), dimana hal ini adalah kewajiban yang tercantum dalam Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) PBB no. 169 yang juga telah ditandatangani Brasil.

Perusahaan ini tidak saja mengadakan pertemuan di beberapa desa di wilayah tersebut dan mengabaikan keputusan pemimpin adat, tapi juga beraktivitas dan berjanji yang akhirnya menyebabkan konflik internal masyarakat adat Ka’apor. Hal in menyebabkan wilayah yang sejak puluhan tahun dirusak oleh penebang kayu, pemburu liar dan peternak hewan, akan semakin menderita.

Wildlife Works telah memulai berekspansi ke tanah adat Ka’apor ketika perusahaan ini masih belum teregistrasi di Brasil. Ini sendiri sudah melanggar hukum.

Akibat situasi yang semakin buruk, Dewan Masyarakat Adat Ka’apor pada Oktober 2024 di Mahkamah Agung menyerahkan gugatan terhadap Wildlife Works, Lembaga Pemerintah urusan Masyarakat Adat (FUNAI) dan pemerintah. Dewan menuntut agar semua aktivitas perusahaan di wilayah Alto Turiaçu dihentikan termasuk inspeksi dan pengawasan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah dan FUNAI. Akses perusahaan yang memperdagangkan kredit karbon harus dicegah, terutama karena tidak ada pedoman syarat untuk itu di Brasil.

Kami memohon Anda segera mengambil tindakan untuk menghindari perusahaan terus memasuki wilayah adat Ka’apor dan melanggar hak-hak mereka.

Dengan hormat

Topic

Bagaimana iklim dan hutan hujan saling berkaitan

 

Kehidupan di bumi terdiri dari karbon – semua tumbuhan, jamur-jamuran dan hewan terdiri dari senyawa karbon organik. Hutan hujan mempunyai sistem yang kompleks. Dalam sistem ini tumbuhan, jamur dan hewan saling berkaitan erat. Bagi iklim lokal dan global mereka punya fungsi penting. Tumbuhan menyerap gas rumah kaca karbon dioksida (CO2) dari udara. Dengan pertolongan air dan sinar matahari, tumbuhan membentuk gula dan darinya tumbuhan membentuk produk alami lainnya – yaitu biomassa. Dengan demikian karbon diikat di batang, daun dan akar. Jamur-jamuran dan hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan menyerap karbon ke dalam tubuh mereka.Sebagian oksigen dilepaskan ke atmosfer. Keseluruhan proses dinamakan fotosintesis.

438 gigaton karbon (Gt C) terkandung dalam vegetasi bumi. Dan tentu saja lautan samudra adalah penyimpan karbon yang penting. Menurut perkiraan hutan hujan mengikat 250 miliar ton CO2, sebagian besar di hutan gambut. Diteliti secara global hal ini adalah 5 samai 7 kali jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia setiap tahun. 40 persen oksigen di atmosfer berasal dari hutan hujan. Gambaran hutan sebagai „paru-paru dunia“ meskipun tidak begitu koheren tapi mudah diingat.

Hutan hujan sendiri menghasilkan hujan dan curahan hujan yang tinggi berlangsung merata di sepanjang tahun. Satu aspek penting adalah evapotranspirasi, artinya kelembapan, yang dilepaskan tumbuhan melalui daun. Di hutan meskipun terasa panas dan lembap, namun awan memantulkan sebagian besar sinar matahari kembali ke luar angkasa dan dengan demikian mendinginkan atmosfer. Tanpa efek ini bisa jadi permukaan bumi menjadi lebih panas.

Sebagai penyimpan karbon dan pembuat hujan, hutan yang utuh memiliki peranan penting dalam fenomena iklim dan berperan utama dalam mencegah bencana iklim.

Bencana iklim dan perusakan hutan

 

Bila hutan digunduli, dibakar, bila lahan dibuka dan rawa dikeringkan, maka biomassa akan terurai dan karbon yang terkandung di dalamnya akan terurai menjadi CO2 ke atmosfer. Sayangnya hutan hujan bisa semakin berkurang menjalankan fungsinya sebagai stabilisator iklim. Sisi lain: perusakan hutan seperti oleh proyek perkebunan, padang rumput atau pertambangan akan melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca. Kebakaran hutan di Indonesia tahun 1997 telah menyebabkan sepertiga dari emisi global dunia. Kebakaran hutan gambut adalah faktor yang sangat menyebabkan jumlah emisi yang besar ini.

Menurut studi yang dipublikasikan majalah Nature, atas dasar kondisi dan syarat pertumbuhan iklim yang berubah maka mulai tahun 2035 hutan hujan dapat berubahdari sebagai penyimpan CO2 menjadi sumber CO2. Hal akan terus mendorong bencana iklim.

Karena ekosistem hutan hujan terkait erat satu sama lain maka seluruh wilayahnya akan terganggu bila hanya satu saja elemennya rusak, contohnya peredaran air. Bila perubahan iklim global menyebabkan periode yang lebih kering, dimana hal ini sebenarnya sudah diamati, maka peredaran ini bisa hancur. Hutan hujan yang selalu hijau dan subur akan menjadi sabana yang lebih miskin biodiversitasnya. Iklim setempat berubah menjadi lebih kering dan lebih panas.

Yang terutama terancam adalah apa yang disebut 18 titik kritis dalam sistem iklim: contoh bila perubahan iklim di sungai amazon mencapai titik tertentu maka proses dan kerugian atas hilangnya hutan hujan seperti yang terjadi kini tidak akan bisa dihentikan lagi.

Jelasnya adalah: Bencana iklim dibuat oleh manusia. 98 persen ilmuwan yang memfokuskan diri pada tema iklim menyetujuinya. Karena iklim merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks, maka para peneliti selalu menemukan hubungan yang baru, menafsirkan hasil secara bebeda dan merevisi prediksi. Hal ini dalam ilmu pengetahuan adalah biasa. Hasilnya temuan para ahli klimatologi semakin lebih mengkhawatirkan.

Pemecahan: Perlindungan hutan hujan adalah perlindungan iklim

 

Hutan hujan harus dilestarikan demi perlindungan iklim, sebab perusakan hutan seterusnya akan memperparah bencana. Tidak bisa dipungkiri bahwa hutan hujan sebagai penyimpan karbon. Dengan demikian perlindungan iklim adalah perlindungan hutan hujan dan sebaliknya.

- Kita harus melestarikan hutan hujan dan memperbaiki kerusakan. Hutan lebih dari sekedar penyimpan dan penurun karbon, yaitu sebagai ekosistim yang beraneka ragam dan habitat dari jutaan manusia.

- Kita harus melindungi iklim dan sekaligus melestarikan biodiversitas. Bencana iklim dan punahnya spesies adalah dua krisis eksistensial yang harus kita atasi bersama-sama.

- Kita harus memperkuat hak-hak masyarakat adat yang hidup di wilayah hutan hujan. Acap kali mereka adalah pelindung hutan yang terbaik.

- Kita harus merubah cara hidup dan bekerja secara menyeluruh. Kita harus mengurangi konsumsi kita akan energi, bahan makanan dan bahan mentah, bukannya mempertahankan konsumsi kita dengan „produksi hijau“. Kita harus berhenti membakar batubara, minyak bumi dan gas bumi.

- Kita harus mereformasi politik klima yang salah: Kita harus mengakhiri aliran sesat bahan bakar bio terutama bila berbahan dasar minyak sawit, kedelai atau tebu. Dan kita harus menghentikan pembakaran pepohonan yang digunakan sebagai tenaga untuk menjalankan pembangkit listrik.

- Katakan „tidak!“ untuk „menghapus dosa“ dengan program offset, dimana contohnya perusahaan-perusahaan membayar sesuai dengan peraturan perlindungan lingkungan agar imbalannya mereka diperbolehkan untuk terus memproduksi gas rumah kaca. Kami menolak tehnologi-jembatan yang katanya lebih ramah iklim seperti mengganti batubara dengan gas alam.

- Setelah masa pandemi covid-19 kita harus menata kembali perekonomian dan masyarakat dengan cara yang ramah lingkungan. Tidak boleh ada „program pertumbuhan ekonomi“ dengan resep lama.

Covid-19 telah menunjukkan bahwa sehubungan dengan krisis eksistensial kita tetap akan dapat mencapai perubahan yang cepat dan menyeluruh.



  1. Sejak 2023

    Selamatkan Hutan Hujan, 2023. Brasil: Perusahaan Amerika Serikat dengan rencana proyek kredit karbon menyebabkan terjadinya konflik internal masyarakat adat Ka’apor (bahasa Jerman): https://www.regenwald.org/news/11898/brasilien-us-firma-verursacht-mit-geplantem-co2-handelsprojekt-konflikte-unter-indigenen-kaapor

    Selamatkan Hutan Hujan, 2024. Masyarakat adat Ka’apor meresahkan aktivitas pedagang kredit karbon di hutan hujan mereka (bahasa Jerman):  https://www.regenwald.org/news/11993/indigene-kaapor-beklagen-uebergriffe-durch-haendler-von-emissionsgutschriften-in-ihrem-regenwald

  2. 531.000 Hektar

    531.000 hektar atau 5.310 kilometer persegi berarti hampir seluas pulau Bali (5.780 km²)

Petisi ini tersedia dalam bahasa-bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!