Perdagangan Bebas dengan negara Mercosur

Sapi di atas truk Padang rumput ternak daripada hutan hujan – alam dirusak demi konsumsi daging (© bellito / istockphoto.com)

Sapi makan rumput dimana hutan hujan sedang tumbuh? Melalui perjanjian dengan negara-negara Mercosur di Amerika Selatan akan semakin banyak daging sapi murah ke pasar Eropa. Hutan dan sabana dirusak demi padang rumput luas. Hanya supaya UE menjual lebih banyak mobil lagi. Tolong tuntut: Stop perdagangan bebas dengan Mercosur.

Berita & update seruan

Kepada: Komisi UE dan pemerintah negara-negara anggota UE

“Stop perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Mercosur”

Membaca surat

Mengenai apa perjanjian dengan Amerika Selatan ini, sudah jelas: Brasil, Argentina, Paraguay dan Uruguay ingin menjual di UE lebih banyak lagi daging ayam, gula dan etanol. Hal ini membantu intensifikasi pertanian selanjutnya – dengan dampak bencana bagi manusia dan lingkungan.

Kuota import UE akan daging sapi akan jelas naik. Hingga kini 70.000 ton, tapi tampaknya akan naik menjadi 99.000 ton. Negara-negara Mercosur bahkan menargetkan 200.000 ton.

Kuota yang lebih tinggi jelas membuat produksi daging sangat meningkat: Untuk padang rumput tambahan dan budidaya kedelai maka hutan dan sabana seperti sabana Cerradi di Brasil ditebang. Gas rumah kaca dilepas dan membebani iklim. Eropa terancam perang harga daging oleh saingannya yang berat dari luar negeri, dengan mengorbankan pertanian ekologis dan kesejahteraan hewan.

Intensifikasi pertanian sering merugikan penduduk. Contohnya di Amerika Selatan dimana pewasat meyemprot ladang kedelai dengan racun glyphosate sehingga desa-desa berkabut oleh semprotan itu. Dibanyak perkebunan tebu manusia bekerja seperti budak. Untuk memperluas padang rumput dan ladang masyarakat adat dan petani kecil digusur.

Perjanjian UE-Mercosur bukan terbatas pada kuota impor dan tarif, tapi mencakup „hambatan perdagangan non tarif“, artinya standart lingkungan serta hak konsumen dan pekerja. Karena perjanjian ini contohnya akan meringankan impor gula ke UE, maka langkah kampanye kesehatan menentang banyaknya gula di makanan manis dan minuman akan menjadi berat bahkan berhenti sama sekali. Hal serupa terlihat pada tumbuhan yang secara genetik dimanipulasi seperti kedelai dan racun ladang seperti glyphosate.

Perjanjian ini berbahaya dan tidak boleh berjalan. Tolong tanda tangani petisi kami.

Surat

Kepada: Komisi UE dan pemerintah negara-negara anggota UE

Yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak,

UE mengupayakan perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Mercosur. Perjanjian ini bertujuan meringankan ekspor terutama ekspor daging sapi dan ayam, gula dan etanol ke Eropa. Dengan begitu intensifikasi pertanian akan terkait dengan dampak negatif pada alam dan penduduk disekitarnya.

Kami melihat bahaya ini:

- Kuota daging sapi yang lebih tinggi akan menyebabkan tingginya produksi daging sapi di Amerika Selatan, semakin meluasnya padang rumput dengan jalan menebang hutan dan sabana. Bersamaan itu naiknya tekanan petani Eropa untuk mengintensifikasi produksi mereka, dengan mengorbankan kesejahteraan hewan.

-Meningkatnya pertanian intensif di Amerika Selatan sering berhubungan dengan konflik hak tanah dan pelanggaran HAM hingga perbudakan. Dengan banyaknya penggunaan racun seperti glyphosate, maka kesehatan penduduk akan terancam.

- Peraturan-peraturan tentang hambatan perdagangan non tarif mengancam standart lingkungan Eropa, hak konsumen dan pekerja. Prinsip penanggulangan yang terpatri di UE akan tertekan dan prinsip-prisip demokrasi akan dinodai.

Dengan perundingan dibalik pintu, komisi UE jelas mengikuti strategi yang sama seperti pada perjanjian TTIP dan CETA, dimana jutaan masyarakat justru menentangnya. UE nampaknya tidak serius menanggapi kritik ini dan dengan perjanjian Mercosur ini UE mengikuti politik perdagangan yang merusak yang akan ditanggung manusia dan lingkungan di kedua benua.

Tolong hentikan perjanjian ini

Dengan hormat

Topic

Situasi awal – Lapar akan daging

Daging adalah makanan yang paling disukai banyak orang. Meskipun konsumsi daging masih rendah di Indonesia, masalah produksi massal sudah sangat dirasakan. Sapi peternakan massal diimpor dari Australia, dan ayam kampung telah diganti dengan ayam negri dari produksi massal. Sejak tahun 1950 „rasa lapar akan daging“ meningkat lebih dari dua kali. Rata-rata setiap orang Indonesia per bulannya mengkonsumsi 1 kilogram daging, dan setiap orang Amerika Serikat 10 kilogram!

Jutaan hewan dari peternakan massal yang setiap tahunnya dipotong membutuhkan makanan dalam jumlah besar. Begitu banyaknya sehingga sepertiga dari luas ladang di seluruh dunia digunakan buat makanan ternak. Bukannya memberikan makanan bagi manusia, tiap tahunnya di seluruh dunia sebagian besar panen gandum, jagung, jelai dan kedelai mendarat di perut hewan. Makanan ternak untuk unggas 30 persennya terdiri dari kedelai. Tumbuhan ini diimpor terutama dari negara-negara hutan hujan.

Dampaknya – Konversi hutan, monokultur kedelai, perubahan iklim

Eropa memasok hampir seluruh kedelai pakannya dari Argentina, Brasil dan Paraguay. Dimana dulunya hutan hujan Amazonas yang subur dan sabana menghiasi pemandangan alam disana, kini ditumbuhi oleh ladang kedelai yang luasnya lebih dari luas negara Jerman dan Belanda. Hanya bagi kebutuhan kedelai dari produsen Jerman diperlukan wilayah di Amerika Selatan yang luasnya lebih besar dari negara bagian Brandenburg. Untuk perluasan monokultur raksasa ditebanglah hutan yang sangat berharga dan digusurnya penduduk. Masyarakat yang tinggal akan sering sakit: ¾ perkebunan kedelai di Amerika Selatan merupakan kedelai genetis dari perusahaan pertanian Monsanto yang disemprot dengan bahan glifosat (Glyphosate dari China dan PT Dalzon, Round up dari Monsanto). Bahan ini dicurigai menyebabkan tumor dan merusak sel tubuh manusia.

Masalah lainnya adalah padang rumput ternak yang ditebang selalu merasuk lebih jauh ke hutan . Bila orang menghitung luas padang rumput dan ladang pakan ternak, maka diperlukan 3/4 dari seluruh wilayah agraria di seluruh dunia. Dampak iklim sangat mencemaskan: metana dari perut sapi, CO2 dari deforestasi dan penggunaan mesin, Dinitrogen oxida, atau gas tertawa, yang terurai dari pupuk: 18 persen emisi gas rumah kaca global berasal dari peternakan hewan.

Pemecahannya – makanan tradisional

Masa depan hutan hujan tergantung dari sikap kita: Produk dari hewan bagi kebutuhan makanan kita berandil sebanyak 72 % pada emisi gas rumah kaca yang terkait dengan kebutuhan gizi. Dibandingkan dengan produksi bukan dari hewan, untuk menghasilkan produk ini dibutuhkan wilayah yang jauh sangat luas.

Petunjuk berikut menolong melindungi manusia, alam dan iklim:

  1. Tolong dengan kedelai: Tahu dan tempe, makanan untuk manusia dari kedelai, tingginya protein dan sehat, adalah solusi yang paling gampang untuk melindungi alam dan iklim. Sayang sekali, kedelai kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Luas lahan kedelai turun setiap tahun, dan jauh lebih banyak kedelai diimpor daripada kedelai lokal. Harap impor kedelai yang saat kini dibatasi (2016) dapat memancing perhatian pejabat.

  2. Makanan tradisional - tahu, tempe, beras, kacang: Hanya sekitar 2 % dari panen global kedelai diolah menjadi tahu, tempe dan produk yang sama lainnya. 98% diolah menjadi makanan hewan. Tahu, tempe, kacang, beras merah dan beras hitam – makanan tradisional yang lezat dan penuh gizi ini dan tingginya protein – budaya makanan Indonesia dapat menjadi contoh sehat bagi masakan Barat.

  3. Budaya selektiv makan daging: Barang siapa sama sekali tidak mau menghindari daging, bisa mengurangi kebiasaannya, makan daging saat pesta atau waktu tertentu, dan menolak daging dari peternakan masal.

  4. Hentikan menyia-nyiakan bahan makanan: Tiap tahunnya di seluruh dunia sisa daging dari jutaan hewan menjadi sampah rumah. Kesadaran berbelanja dapat menolong kehidupan.

  5. Protes demi kedaulatan pangan: Di demonstrasi untuk kedaulatan pangan dan aksi penolakan industri pangan, puluhan ribu manusia menuntut pertanian yang sehat dan ramah akan hewan-manusia-iklim. Jangan lahan masyarakat dan piring kita dikuasai oleh industri pangan!

  6. Mendorong pemerintah Indonesia untuk memperdayakan petani sebagai sumber pangan sehat dan ramah lingkungan!

Berita & update

Petisi ini tersedia dalam bahasa-bahasa berikut:

407.470 Pendukung

Bantulah kami mencapai 450.000:

aktivitas sebelumnya

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!