
COP30, Konferensi Perubahan Iklim PBB akan berlangsung di Amazon
Pada November 2025 perhatian dunia akan tertuju pada Belém do Pará - terletak di jantung Amazon, Brasil - tempat Konferensi Perubahan Iklim ke 30 (COP30) yang diselenggarakan di bawah Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Saat pemerintah bernegosiasi tentang masa depan iklim, Konferensi Rakyat akan menyuarakan tuntutan keadilan iklim yang nyata di Konferensi Rakyat
Pemilihan Belém sebagai tuan rumah memiliki nilai simbolis yang sangat besar: hutan hujan tropis terbesar di planet ini, yang vital bagi keseimbangan iklim global, akan menjadi tuan rumah negosiasi global mengenai iklim.
Simbolisme dengan kontradiksi

Pada COP sebelumnya ada beberapa komitmen yang belum tuntas, terhambat oleh negara-negara industri dan pelobby bahan bakar dan pertambangan yang meningkat. COP30 di Belém akan menjadi jembatan antara politik internasional dan keadilan lingkungan hidup. Tapi hasilnya bergantung pada seberapa besar suara penduduk yang tinggal dan menjaga hutan hujan didengar.
Kebijaksanaan iklim yang terhambat
Amerika Serikat pada awal 2026 akan secara resmi keluar dari Perjanjian Paris (Paris Agreement). Ini adalah sikap buruk mengingat negara ini merupakan negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ke dua di dunia. Sementara itu negara-negara BRICS sedang berusaha membentuk mekanisme pembiayaan proyek iklim mereka sendiri, ditengah krisis atau konfigurasi ulang hubungan multilateral.
Komitmen di tingkat nasional mengkhawatirkan. Nationally Determined Contributions (NDCs), yang berarti adalah setiap negara membuat rencana resmi mengurangi emisi dan mengatasi perubahan iklim, masih jauh dari apa yang diharapkan. Inventaris Global pertama (Global Stocktake) dari isu ini menunjukkan dunia jauh tertinggal dalam mencapai tujuan iklim. Negara-negara harus membuat NDCs yang baru di tahun 2026. Tapi hingga kini beberapa negara belum memberikan informasi minimal yang dibutuhkan.
Pada saat yang bersamaan debat tentang „bioekonomi“ dan „transisi energi“ sedang tumbuh. Dalam beberapa hal debat ini bermaksud melanjutkan sistem reproduksi ekstraksi, pentingnya menambah pertambangan dan bahkan ekspansi besar-besaran di bidang agrobisnis, tanpa perubahan struktur yang jelas. Ini masalah serius bagi kami sebagai organisasi lingkungan dan kami akan menulis lebih mendalam lagi tentang itu dengan segera.
Poin-poin negosiasi yang paling penting di COP30 meliputi:
Adaptasi perubahan iklim: Indikasi yang mengukur bagaimana negara berusaha mengatasi kekeringan, banjir dan dampak lainnya.
Inventaris Global (Global Stocktake GST): Diskusi tentang konsekuensi, kesimpulan dan bagaimana menyampaikan hasil-hasil dari GST pertama yang berlangsung pada COP28 di Dubai.
Tropical Forest Fund: Sebuah investasi berbasis mekanisme baru – bukan donasi – telah didirikan oleh negara-negara contohnya Norwegia yang memberikan penghargaan kepada pihak yang melindungi hutannya.
Bahan mineral kritis: Brasil menyarankan memberikan arti penting yang lebih besar lagi pada produksi litium, nikel, tembaga dan bahan mineral strategsi lainnya. Ada kontroversi di sekitar hubungan antara bahan-bahan mineral ini dan agenda ekonomi dari negara-negara produsen dan konsumen.
Masa depan bahan bakar fosil: Ekspektasi dari komitmen nyata tentang pengurangan atau kemajuan dari penghapusan bahan bakar fosil, meski mendapat perlawanan keras dari negara-negara produsen dan pelobby yang semakin mendominasi COPs.
Pasar karbon: Peraturan baru di pasar kredit karbon internasional dengan praktek „cuci uang“ tanpa adanya reduksi nyata.
Bioekonomi: Hal ini dianggap sebagai langkah menuju perkembangan. Tapi hal ini perlu dipertanyakan sebab ini nyatanya merupakan model bisnis yang mereplikasi model ekstraktif dan terutama menguntungkan korporasi besar yang memonopoli lahan-lahan penduduk.
Deforestasi: Esensi langkah ini adalah menghentikaan perusakan hutan dan ekosistem seperti Chaco, Cerrado, hutan Atlantik dan koridor Mesoamerika. Ini langkah penting, tetapi komitmen perusahaan tidak mendukung.
Konferensi puncak „lainnya“: Konferensi Rakyat (Cúpula dos Povos)
Ketika apa yang disebut Zona Biru dari COP mempertemukan para delegasi pemerintah dan ketika Zone Hijau terbuka untuk kegiatan sampingan, Konferensi Rakyat muncul sebagai alternatif dan membuka kesempatan yang digerakkan oleh gerakan sosial, masyarakat adat dan organisasi-organisasi masyarakat sipil.
Lebih dari sekedar pelengkap, konferensi ini merepresentasikan satu bentuk penyeimbang: Ide-ide dikembangkan di sana dan Deklarasi Rakyat disusun dari kontribusi-kontribusi yang akan dikompilasi dalam beberapa hari pertemuan.
Fokus Konferensi Rakyat (Cúpula dos Povos)
Konferensi Rakyat akan membahas sekitar enam bidang fokus yang memerlukan kerja intensif dan pendekatan yang erat.
Fokus 1: Wilayah dan laut yang dihuni, kedaulatan rakyat dan kedaulatan pangan
Fokus 2: Memperbaiki sejarah, memerangi rasialisme lingkungan, solusi palsu dan kekuatan korporasi
Fokus 3: Transisi yang adil, demi rakyat dan inklusif
Fokus 4: Demokrasi dan internasionalisme
Fokus 5: Kota-kota yang berkeadilan dan pinggiran perkotaan yang layak dihuni
Fokus 6: Feminisme dan perjuangan perempuan di wilayah

Pada Konferensi Rakyat kerja akar rumput bisa memberi pengaruh nyata. Deklarasi akhir akan dibahas dan diajukan kepada ketua COP. Hal ini akan memperkat kerja jaringan dan koalisi yang akan mendukung diskusi seperti tentang advokasi bagi transisi yang adil, terutama bila dihadapkan pada negosiasi yang hanya mementingkan korporasi dan kepentingan geopolitik.
Belém sebagai sebuah panggung
Berlokasi di bibir sungai Amazon, Belém adalah salah satu gerbang menuju Amazon. Kota ini ditandai dengan tingginya ketidaksetaraan. Lebih dari setengah populasinya hidup di pemukiman kumuh dan sekitar 80 % tidak memiliki sistem pengolahan limbah. Didirikan sebagai pelabuhan untuk ekspor karet, kayu dan besi. Tapi kini tempat ini juga menjadi tujuan ekspor kacang kedelai dan produk agrikultur lainnya ke Cina dan ke seluruh dunia.
Seiring mendekatnya pelaksanaan COP30, wilayah sekitar kota mendapat tekanan semakin meningkat akibat deforestasi di Amazon. Di mana dulu tumbuh hutan hujan, kini ekspansi industri dan agrikultur mendominasi. Kontradiksi jadi jelas: COP berlangsung di wilayah yang melambangkan apa yang sedang dipertaruhkan.

Apa yang dipertaruhkan
COP30 bisa mengulangi pola lama atau memberi celah negatif dalam usaha menuju perbaikan iklim yang nyata. Tapi yang jelas adalah tanpa keadilan lingkungan dan tanpa suara penduduk yang menjaga kelestarian hutan hujan, maka tidak akan ada solusi yang berkelanjutan.
Oleh karena itu di Belém bukan saja nasib dari perjanjian yang dipertaruhkan, tapi juga peran warga sipil. Konferensi Rakyat mengingatkan dunia bahwa perubahan iklim tidak dirundingkan di balik pintu terkunci, karena ini merupakan perubahan dari bawah sampai ke atas.
Glosarium dasar: COP30 dan Konferensi Rakyat (Cúpula dos Povos)
COP (Conference of the Parties): Konferensi tahunan negara-negara penandatangan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) untuk melanjuti pembahasan perubahan iklim.
COP30: Konferensi ke 30 yang akan berlangsung di Belém - Brasil, pada November 2025.
UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change): Perjanjian internasional yang berfungsi sebagai kerangka kerja COPs.
Perjanjian Paris: Perjanjian di tahun 2015 untuk membatasi pemanasan global tidak melebihi 2°C dan lebih baik membatasinya hingga 1,5°C saja.
NDC (Nationally Determined Contributions): Rencana aksi iklim nasional yang diajukan setiap negara dengan target pengurangan emisi dan adaptasi.
Inventarisasi global (GST): Ulasan global setiap 5 tahun sekali tentang kemajuan bersama menuju Perjanjian Paris.
Zona Biru: Ruang negoisasi resmi antara para pemerintah dan delegasi yang terakreditasi.
Zona Hijau: Wilayah akses yang lebih luas dengan workshops, pameran dan aktifitas masyarakat sipil yang telah disetujui organisasi.
Konferensi Rakyat: Pertemuan pararel antara gerakan dan komunitas untuk menyatukan pendapat mereka tentang solusi krisis iklim.
Deklarasi Rakyat: Dokumen yang terkonsolidasi yang berisi tuntutan Konferensi kepada ketua acara COP.
Mitigasi: Langkah-langkah mengurangi emisi atau meningkatkan kapasitas serapan gas rumah kaca.
Adaptasi: Langkah-langkah dan kebijaksanaan penyesuaian dampak perubahan iklim yang sudah tidak bisa dihindarkan
COP30 – 10 sampai 21 November 2025 di Belém, Brasil. Berlangsung terutama di pusat konvensi utama kota, di Hangar Centro de Convenções da Amazônia
Cúpula dos Povos – 12 sampai 16 November 2025. Berlangsung pararel dengan COP, lokasi utamanya di kampus-kampus Federal University of Pará (UFPA), juga di Belém
BRICS adalah kelompok yang terdiri dari sebelas negara: Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Indonesia, dan Iran. Kelompok ini berfungsi sebagai forum koordinasi politik dan diplomatik bagi negara-negara dari Global South serta untuk koordinasi di berbagai bidang yang beragam.
Tujuan BRICS meliputi penguatan kerja sama ekonomi, politik, dan sosial di antara anggotanya, serta peningkatan pengaruh negara-negara Global Selatan dalam tata kelola internasional. Kelompok ini berupaya meningkatkan legitimasi, keadilan dalam partisipasi, dan efisiensi lembaga-lembaga global seperti PBB, IMF, Bank Dunia, dan WTO. https://brics.br/en/about-the-brics
Mekanisme tinjauan atau ambisi (penilaian global atau Global Stocktake): menetapkan bahwa setiap 5 tahun (mulai tahun 2023 setelah tinjauan pertama selesai), diperlukan penilaian kolektif terhadap status implementasi Perjanjian, termasuk kemajuan terkait tiga tujuan jangka panjangnya.
Perjanjian Paris atau Paris Agreement adalah sebuah pakta internasional yang dinamakan sesuai dengan tempatnya yakni Paris, Perancis. Perjanjian Paris merupakan perjanjian internasional yang berfokus untuk membatasi emisi gas rumah kaca (GRK) untuk menangani pemanasan global dan perubahan iklim.
Perjanjian Paris diratifikasi alias disetujui oleh hampir 200 negara di seluruh dunia. Ini merupakan salah satu pakta penting di dunia dan menggerakkan komunitas internasional mengatasi perubahan iklim. Melalui Perjanjian Paris, dunia sepakat mencegah suhu Bumi tak lebih dari 2 derajat celsius atau secara ambisius 1,5 derajat celsius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri.
https://lestari.kompas.com/read/2025/04/29/130000686/perjanjian-paris--sejarah-isi-dan-urgensinya.
Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pada pemerintahan di dunia: Lindungi iklim dunia - Selamatkan hutan hujan Amazon!
Masyarakat adat, organisasi lingkungan dan HAM membuat Konferensi Rakyat untuk menekan Konferensi Perubahan Iklim PBB COP30 di Brasil agar bertindak.

Brasil: Wildlife Works keluar dari hutan hujan milik Ka’apor!
Perusahaan asal U.S - Wildlife Works - berusaha bedagang proyek karbon di hutan hujan milik masyarakat adat Ka’apor di wilayah Amazon.

Hentikan PSN Merauke di hutan suku Marind!
Dengan perlindungan militer, Indonesia menjalankan proyek gula dan etanol nasional di belahan selatan Papua. Dua juta hektar hutan hujan dan lahan masyarakat adat terancam.

Melestarikan biodiversitas Amerika Latin
Di Amazon tumbuh hutan hujan terluas dan terkenal di dunia. Hutan hujan di Amazon berperan penting bagi sistim iklim dunia.

Masyarakat adat Ka'apor mempertahankan hutan hujan Amazon
Masyarakat adat Ka'apor melindungi hutan hujan terakhir yang wilayahnya masih luas di tenggara Amazon.